Minggu, 18 Desember 2011

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada Sekolah Menengah Oleh: Drs. A. Butin

Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Sekolah Menengah
Oleh: Drs. A. Butin
1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia (dan Sastranya) memang tidak harus dilaksanakan ibarat dengan kacamata kuda, artinya dilaksanakan tanpa melihat kiri-kanan atau hanya melihat satu disiplin ilmu tanpa mengaitkannya dengan kehidupan dalam arti luas. Justru dalam pelaksanaannya para guru seharusnya berusaha mengaitkan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dengan mata pelajaran atau bahan dasar lain yang kontekstual. Antara lain untuk menumbuh-kembangkan dalam kehidupan masyarakat. Tanpa mengaitkan mata pelajaran dengan konteks kehidupan yang nyata dalam masyarakat, maka proses pembelajarannya akan menjadi hambar dan kurang bermakna bagi bekal kehidupan anak dalam masyarakat (Jurnal Model Pembelajaran Terpadu. www.dikdasmen.depdiknas.go.id . 2003 ).
Selain itu jika kita perhatikan amanat Standar Isi Kurikulum 2006 telah jelas, bahwa tujuan pokok pembelajaran sastra di sekolah menengah itu adalah pencapaian kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2007. “Pembelajaran Kontekstual”.
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)? apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain? sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti? sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat? jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa? Apakah saya berhenti dan meringkas? apakah saya perlu berdiskusi dengan para siswa lain untuk proses informasi lebih lanjut? dan sebagainya. Tidak ada yang susah dalam pembelajaran sastra di sekolah. Yang susah adalah karena sebagai guru kita tidak membuatnya menjadi mudah. Berbagai keluhan sementara guru-guru bahasa dan (khususnya) sastra Indonesia adalah betapa susahnya dalam membelajarkan sastra kepada siswa. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah susah itu karena kemauan guru untuk membelajarkan sastra sangat kurang atau karena kemampuan guru itu sendiri yang sangat minim.? (Asmin, 2007. ”Guru Sebagai Model Pembelajaran”. www.wordpress.com ).
Pembelajaran bahasa Indonesia yang diupayakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia belum menunjukkan sebagai suatu proses pembentukan pola hidup siswa. Proses pembelajarannya masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari pada kebutuhan siswa.
Persoalan di atas sangat sulit dipecahkan dengan segera, membiarkan persoalan tersebut berlarut-larut tanpa ada penyelesaikan merupakan tindakan tidak bijaksana. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut, salah satu cara bisa dilakukan adalah mengkaji secara mendalam persoalan tersebut, sehingga di sekolah menengah atas pada umumnya diharapkan ada pembaharuan pembelajaran dengan model yang inovatif. Bertolak dari pemikiran di atas, alternatif pengembangan yang dapat dilakukan oleh para guru dengan penerapan model pembelajaran berbasis mencari informasi. Model pembelajaran berbasis mencari informasi diyakini dapat memberi peluang para siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri (Zaini,dkk;2005:51).
Hakikatnya model pembelajaran berbasis mencari informasi di samping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman secara mental. Meskipun model pembelajaran berbasis mencari informasi mengutamakan peran aktif siswa, bukan berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai perancang, fasilitator, dan pembimbing proses pembelajaran.
Bagaimana Pembelajaran dengan Model Berbasis Mencari Informasi itu?
Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dimaksud adalah Tahapan pembelajarannya seperti disampaikan berikut ini.
a. langkah 1,
input substantif, yaitu guru memperkenalkan prosedur informasi sebagai metode pembelajaran. Pada langkah ini guru mengajukan berbagai tantangan yang merangsang. Setiap kelas harus memecahkan problem dengan cara menyimpulkan informasi yang tersedia. Di sini guru sekaligus mengarahkan kelas untuk pembuatan kelompok dan mencari informasi dari buku, majalah, maupun internet.
b. langkah 2,
analogi langsung, yaitu guru mengajukan pengandaian perencanaan tentang bagaimana menyelesaikan permasalahan. Siswa secara individu atau kelompok diminta mendeskripsikan bagaimana melakukan kemungkinan pemecahan masalah (investigasi problem).
c. langkah 3,
analogi personal, yaitu guru memberikan tugas kepada setiap siswa untuk membuat pengandaian diri beserta alasan-alasannya, penyelesaian problem yang sedang dibahas.
d. langkah 4,
membandingkan analogi, yaitu pada tahap ini siswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan butir-butir yang sama antara penyelesaian problem hasil kerja kelompok dengan individu dalam membahas hasil pekerjaan siswa digunakan pendekatan curah pendapat (brainstorming)
e. langkah 5,
penyelesaian problem, yaitu dalam penyelesaian problem. Guru mengarahkan anggota kelompok pada penyelesaian tugas yang besifat individu, kemudian disentesiskan sehingga akhir tugas akan terbentuk hasil kesimpulan investigasi yang siap disajikan di depan kelas (presentasi)
f. langkah 6 :eksplorasi,
yaitu guru memberikan waktu secara bergantian untuk siap kelompok memaparkan hasil investigasi problem di depan kelas. Tugas kelompok lain ketika satu kelompok presentasi adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. Siswa diminta menjelajah terhadap materi yang baru dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri, komentar maupun kritik tertulis dijadikan masukan balik.
g. langkah 7 :
memunculkan balik, yaitu Pemunculan objek dari investigasi problem yang dibahas , dilakukan evaluasi dalam bentuk diskusi atau curah pendapat. Diskusi evaluasi dimulai mendiskusikan kekurangan dalam internal kelompok, kemudian berlanjut pada diskusi evaluasi seluruh kelas. Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dikembangkan ini berupa pencarian informasi balik dari buku teks, majalah maupun internet.
2. Apresiasi Sastra Indonesia
Esensi pelajaran sastra Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan sastra Indonesia..
- sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional;
- Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan;
- Memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan Menghargai dan
mengembangkan,sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intlektual manusia
Indonesia. [Standar Isi KTSP 2006: latar belakang (ii)].
Karya sastra ditinjau dari ragamnya, ada karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi misalnya puisi, hikayat, fabel, mite, cerita pendek, novel, dan sebagainya. Adapun karya sastra nonfiksi misalnya esai, biografi, autobiografi, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan pengajaran sastra di SMU, ditegaskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan Kurikulum SMA 2004 dan Standar Isi 2006 terdapat pokok bahasan pengantar teori kesusastraan, apresiasi sastra, dan mengarang cerita rekaan. Khusus dalam hubungannya dengan apresiasi sastra merupakan suatu kajian karya sastra yang berupa tanggapan atau penilaian dan penghargaan pada karya sastra. Apresiasi mengandung arti tanggapan atau pemahaman yang sensitif terhadap sesuatu. Dengan demikian, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai upaya untuk mempelajari, memahami, menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya sastra secara kognitif. Sensitif di sini mengacu pada aspek afektif (sikap), yaitu kemampuan kepekaan seseorang dalam menanggapi dan mengapresiasi suatu karya sastra,terutama mengenai unsur-unsurnya. Mengajarkan sebuah karya sastra tidak sama dengan mengajarkan mata pelajaran yang lain pada umumnya, misalnya Biologi, Fisika, Matematika, dan sebagainya, yang sering hanya memindahkan suatu ilmu kepada siswa.
Dalam pengajaran karya sastra, seseorang guru sastra harus memiliki pengetahuan yang luas di bidang sastra dan yang paling penting suka mengapresiasi karya sastra, sehingga dalam mengajar tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan sebatas yang ada dalam buku pegangan, namun juga dapat mendorong dan mengaktifkan siswa untuk berkreasi serta membantu siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui media karya sastra. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa yaitu pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Selanjutnya -- dalam hubungan ini-- sastra sebagai bahasa stilistika dalam esensinya berisi ajaran humaniora; implikasi kegagalan pada penguasaan bidang kesastraan oleh siswa berpengaruh terhadap sikap, sopan santun, dan keperibadian para siswa sekarang ini. Di mana-mana disinyalir terjadi kebrutalan para remaja kita sebagai akibat minimnya penanaman nilai-nilai kehidupan melalui karya sastra bagi anak didik kita.
Ada batasan lain yang menyatakan bahwa sastra adalah inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk keindahan.
Mengapa dalam kenyataannya sekarang ini guru dan siswa kurang termotivasi untuk menghasilkan cipta sastra, atau dalam tulis-menulis/karang –mengarang kreativitas di bidang sastra terasa kurang populer? Apakah para siswa dan guru-guru kita mengidap penyakit kronis, seperti yang diterangkan oleh Taufiq Ismail di dalam bukunya” (Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca dan Tak Lumpuh Menulis,2003)” benar terjadi? Yakni: memang siswa dan guru kita telah “rabun membaca” dan “Telah Lumpuh menulis”? Apakah harapan para pakar sastra yang tertuang di dalam amanat silabus kurikulum dengan standar isinya, yang mengisyaratkan para siswa selama tiga tahun di SMA telah membaca paling tidak 15 judul buku sastra sudah kita penuhi untuk siswa? Dan apakah kita dan siswa sudah mulai menulis tentang sastra?
Jika para guru memberikan beberapa senarai buku sastra yang wajib dibaca siswa, tentu idealnya terlebih dahulu guru tidak hanya meminta siswanya untuk membaca, akan tetapi guru sendiri harus telah membaca buku-buku sastra itu dan menyukai sastra. Namun keadaan tidak demikian gurunya sendiri tak suka dengan buku-buku tentang sastra, dan referensi buku-buku sastra yang telah dibaca dan dimiliki dapat dihitung dengan jari. Tambahan pula buku-buku sastra terbaru belum atau tak pernah dimiliki. Mereka (para guru sastra) hanya paham dengan karya sastra dan buku sastra ketika mereka sekolah atau kuliah puluhan tahun yang lalu. Mereka hanya membaca buku-buku sastra angkatan 20-an, 30-an, 66-an saja. Itupun tidak semua buku prosa zaman itu yang mereka pahami.
Menurut Suminto A. Sayuti (2000) dalam (Sudaryanto,S.Pd: Majalah Horison, Edisi: 166, 2010:halaman 17) dikatakan, bahwa: Hal itu berakibat pada situasi pengajaran sastra, Pengajaran sastra kita di sekolah sesungguhnya tak memerdekakan siswa. Siswa menjadi kaku, tidak kreatif, tidak apresiatif, dan bahkan menjadi robot. Para siswa hanya disuruh mengenal nama pengarang, judul karya, angkatan tahun berapa, dan sebagainya.Padahal siswa-siswa kita tidak tertarik pada buku-buku sastra seperti itu, dan mereka mungkin lebih menyukai karya-karya sastra prosa penulis muda, seperti karya Dian Sastro Wardoyo, atau karya Andrea Hirata, atau mereka banyak membaca karya-karya terbaru, seperti buku yang berjudul : Mereka Bilang, Saya Monyet! Yang dikarang oleh Djenar Maesa Ayu, pada sekitar tahun 2002 hingga sekarang.
Dengan demikian pola pengajaran sastra kita selama ini harus diubah. Pengajaran yang mencekoki siswa dengan teori kesastraan perlu berangsur-angsur ditinggalkan. Paradigma baru adalah dengan strategi pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Inovatif, dan menyenangkan yang berorientasi pada kegiatan siswa untuk menemukan sendiri (discovery), memecahkan masalah sendiri (problem solving), Mensitesiskan sendiri. Sedangkan guru banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Karena pengajaran sastra yang bermakna itu, bukan semata-mata mengajarkan teori sastra belaka. Ini lebih ditekankan pada kemampuan siswa untuk mengapresiatif. Sedangkan pengertian hakikat apresiatif itu adalah usaha peminat sastra untuk mengenal, mendekati, menggauli suatu cipta sastra, sehingga timbul pemahaman dan rasa cinta dan menghargai suatu hasil cipta sastra. Di sini jelas bahwa usaha kita para guru sastra adalah:
(1) Bagaimana supaya siswa itu dapat menggauli dalam arti membaca suatu hasil karya sastra. Dengan pemberian tugas kepada siswa untuk membaca buku-sastra—baik roman, novel, cerpen, atau drama esai, dll.-- maka nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra (baik prosa maupun puisi) itu akan dapat dipahami oleh siswa yang sekaligus karya sastra yang dibacanya berfungsi sebagai didaktis yang ajaran-ajaran nilai-niai norma yang terkandung di dalamnya akan dapat dijadikan sebagai pelajaran moral. Dengan kata lain ajaran-ajaran sastra yang dibaca akan mampu membangun sikap dan kepribadian siswa untuk dapat diimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap karya sastra tentu sarat dengan ajaran-ajaran (dedaktis, relegius, historis, etika, estetika, filosofis, dll). Ini sangat berguna bagi siswa pada masa-masa yang akan datang.
Agar diketahui lebih mendalam terhadap karya sastra prosa yang dibacanya, kita bisa memberikan tugas kepada mereka dalam bentuk resensi atau sinopsis karya yang mereka baca.Untuk siswa yang tidak berminat akan karya sastra biasanya mereka akan mengerjakan tugas secara asal-asalan, bahkan mereka akan menyalin karya sastra resensi dan sinopsis yang telah ada, atau secara instan secara gampang mereka mengundu materi melalui jasa internet. Sebagai seorang guru professional, keadaan seperti ini tidak dapat ditolerir.
(2) Bagaimana agar para siswa dapat mengapresiasi drama. Kita tidak memberikan catatan tentang pengarang drama, judul, tahun drama itu ditulis dan angkatan berapa sastrawan yang menulis drama itu. Kegiatan belajar semacam itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Akan tetapi seyogiyanyalah penyajian materi diupayakan bagaimana siswa memaknai secara langsung nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah drama. Siswa menjadi pemeran langsung dari tokoh drama yang disajikan, sehingga siswa akan dapat menghayati ajaran nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam sebuah drama yang diperankannya. Dan mengerti nilai-nilai kemanusiaan (human interest) yang hidup di tengah-tengah masyarakat sekarang ini.
(3) Bagaimana mengajarkan sebuah puisi, pengabaian teori puisi sangat mutlak. Sebaliknya siswa diajak untuk peka (sensitif) terhadap fenomena-fenomena sosial di sekitarnya. Mereka dapat menuliskan segala sesuatu tentang kehidupan nyata yang tertuang di dalam tulisan-tulisan puisinya, misalnya tentang: nasionalisme, cinta tanah air, karakter bangsa, sejarah, kepahlawanan, dll. Dilanjutkan dengan penilaian deklamasi puisi hasil ciptaannya, akan tampak penghayatan/apresiatif siswa melalui ekspresi wajah saat dia berdeklamasi.
3. Konsep Pengembangan
Mencari informasi sebagai metode pembelajaran diawali oleh isu/ masalah yang memerlukan suatu pemecahan .Secara berkelompok siswa mencari informasi, kemudian mereka menyimpulkan informasi yang tersedia untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini adalah diskusi kelompok kecil, curah pendapat, dan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis mencari informasi ini dapat dipakai para guru untuk menghidupkan materi pelajaranan yang dianggap kurang menarik oleh siswa/siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran berbasis mencari informasi dirancang untuk membantu pelaksanaan pembagian tanggung jawab ketika siswa /siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune, 2005). Model pembelajaran berbasis mencari informasi dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab para siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (Controling) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagai pengetahuan, serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran (Surtikanti dan Sutama, 2007).
Demikian, sekelumit tentang paradigma pengajaran bahasa Indonesia (dan sastranya). Mudah-mudahan dengan tulisan ini membawa situasi pembelajaran yang kondusif. Sehingga memberikan peluang bagi siswa untuk berkreasi bisa menghantarkan siswa pada pengajaran yang bermakna.

Penulis adalah: Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 1
Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE INTEGRATED READ AND COMPOSITION DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS XII. I

A. Judul :
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE INTEGRATED READ AND COMPOSITION DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS XII. IS. 3 PADA
SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU, OGAN ILIR
A. BIDANG KAJIAN:
Strategi Pembelajaran dengan Model Cooperatif Integrated Read and Composition,
teknik Picture and Picture, dan Teknik P,Q,R,S,T Membaca –Menulis Paragraf
Eksposisi.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa membuat sebuah karangan yang baik. Implikasi penghambat siswa menulis untuk menuangkan ide atau gagasannya antara lain: suasana kelas yang tidak kondusif, kemampuan siswa, proses belajar-mengajar yang kurang menyenangkan bagi siswa, sarana prasarana yang kurang memadai, metode yang diterapkan guru kurang tepat atau tidak bervariasi, guru belum menerapkan prinsif pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan), dll.
Dalam pelaksanaan proses Pembelajaran, guru merupakan variable penting, peningkatan prestasi belajar siswa sangat tergantung pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Seorang guru minimal harus memiliki kemampuan dasar dan sikap sebagai guru yang mendapat kepercayaan untuk mempersiapkan hari depan bangsa. Kemampuan dasar tersebut adalah menguasai kurikulum, materi pembelajaran, metode dan teknik evaluasi, dan mempunyai komitmen disiplin dalam pelaksanaan tugas.
Kurikulum KTSP 2006 yang berbasis kompetensi dan Standar Isi 2006 dengan Standar Kelulusan (SKL) mengamanatkan agar pembelajaran di sekolah lebih terfokus pada penekanan aktivitas siswa dan berlangsung secara alamiah. Pendekatan yang selama ini terfokus pada kegiatan guru yang sentralistik, sebagai pusat kegiatan mulai berangsur-angsur ditinggalkan. Belajar akan lebih bermakna jika siswa ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan hanya menghafal dan mengetahui konsep-konsep berupa teori belaka (teori kebahasaan). Dengan demikian hasil belajar yang diharapkan akan lebih bermakna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari nantinya, baik secara akademis maupun penerapan apa-apa yang mereka peroleh di sekolah di tengah-tengah masyarakat kita yang terus membangun.
Kemampuan mengelola proses belajar-mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, psikomotorik, dan afektif sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut (follow up) hingga tercapai tujuan. (Syaiful Bachri Djamarah, 1997:27).
Pedoman umum Pengembangan Penilaian Kurikulum 2004 dan Standar Isi 2006, menyatakan bahwa:
“Hasil kegiatan belajar peserta didik yang merupakan kemampuan kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Kemampuan afektif adalah kemampuan berpikir, yaitu yang menurut taxonomi Bloom (Sax, 1980): secara hierarkis terdiri dari pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi. Peserta didik yang tidak berminat dalam suatu mata pelajaran tidak dapat diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.”
Dalam hubungan itu pengajaran bahasa dan Sastra Indonesia bertujuan melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan/potensi diri dalam berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.
Fungsi dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia itu sangat strategis, (dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional, nomor 22 tahun 2006, tentang Standar isi (SI), dan Standar Kelulusan (SKL), dikemukakan:
(1). “Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.”
Dengan demikian pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia haruslah memperlihatkan hakikat bahasa dan sastra sebagai sebuah sarana komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling mengait. Pada satu sisi bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas, sedangkan pada sisi lain bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui pendekatan tertentu yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja dan atau kemahiran. Berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif. Sementara itu pada sisi lain pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan pada apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif.
Dengan demikian, orang tidak akan berpikir tentang sistem bahasa, melainkan berpikir bagaimana menggunakan bahasa ini secara benar sesuai dengan sistem itu. Jadi, secara pragmatis bahasa lebih merupakan satu bentuk kinerja dan performans daripada sebuah sistem ilmu. Pandangan (paradigma ) ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa. Sebagai konsekuensi dari pandangan itu, dalam mengajarkan bahasa harus terkait dengan kompetensi dan materi berupa performansi. (Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Umum. 2006. Kurikulum 2006, SI, SKL.2006. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, hlm. 2).
Melihat fakta-fakta di atas dan tujuan pembelajaran yang dikandung oleh mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia itu, maka pembelajaran di sekolah haruslah merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan, menantang dan mengandung makna bagi peserta didik. Kegiatan belajar-mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, siswa, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Penghambat yang selama ini dirasakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah kurang dikemasnya materi pembelajaran dengan metode yang menarik, menantang dan menyenangkan. Para guru sering menyampaikan materi bahasa Indonesia itu apa adanya (ceramah konvensional), sehingga pembelajaran bahasa Indonesia kurang diminati, membosankan dan aktivitas siswa rendah. Akibatnya prestasi siswa kurang memuaskan. Hal itu dapat dideteksi melalui indikator berikut: (a) keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat di dalam forum baik formal maupun non-formal dalam bentuk pidato, memerankan drama, dll. masih kurang (aspek berbicara); (b) untuk merumuskan gagasan atau idenya dalam bentuk menyusun paragraf mini (miniature compositum) masih kurang (aspek menulis); (c) Persaingan mengemukakan pendapat/ide dengan teman lain belum terbiasa, dan variabel-variabel lain dalam kemampuan siswa menuangkan ide/gagasan dalam bentuk tulisan baik ekspositoris, naratif, argumentatif, persuasif atau deskriptif sangat jauh dari yang diharapkan oleh Standar Isi dan Standar Kelulusan (SKL) seperti menulis cerpen, menulis laporan perjalanan, menulis surat, artikel, dll. Lemahnya mutu pembelajaran dari hasil belajar siswa terlihat dari pencapaian hasil belajar siswa selama ini masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Mengenai pentingnya pelajaran menulis ini, adalah:
“Masyarakat yang tidak mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, akan tertinggal jauh dari kemajuan karena kegiatan menulis dapat mendorong perkembangan intelektual seseorang sehingga mampu berpikir kritis.” (Tompkins, dalam Kunandar.2008. Bimbingan Menulis Penelitian Tindakan Kelas/Action Classroom Research, halaman:1)

Selanjutnya Henry Guntur Tarigan (1992), berpendapat bahwa:
“Indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju tidak komunikasi tulis bangsa itu.”
Oleh sebab itu, pembelajaran akan lebih bermakna dan berarti bagi kehidupan mereka jika
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Dikatakan demikian, sebab (a).
Perlu keterlibatan mereka dalam menyusun rencana proses belajar mengajar; (b).
Intelektual-emosional mereka perlu diikut-sertakan; dan ( c). Perhatian dan kreativitas
siswa melalui menyimak penjelasan materi oleh guru sangat menentukan untuk mereka
dapat menulis sebuah karangan.” (Menulis sebagai suatu Keterampilan, 1980:24)
Sehubungan dengan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas harus benar-benar memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan di dalam silabus harus selaras dengan tujuan yang hendak dicapai. Namun dalam pelaksanaannya hasil yang dicapai oleh kegiatan pendidikan sebagai hasil proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Tanjung Batu masih belum mencapai target yang diharapkan menurut KTSP 2006.
Berdasarkan hasil pemerolehan siswa kelas XII IS.3 SMA Negeri 1 Tanjung Batu pada nilai ulangan harian, untuk kompetensi dasar menulis paragraf eksposisi didapatkan nilai sebagai berikut:
(1). Dari 38 orang siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 70 hanya 18 orang siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari target KKM = 70 mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 20 orang siswa. Jadi secara klasikal prosentase pencapaian hanya 47,32 %; sedangkan prosentase pencapaian di bawah KKM adalah 52,68 % (suatu angka yang sangat memprihatinkan).
Sedangkan menurut buku Petunjuk Penilaian mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bahwa peserta didik secara klasikal telah kompeten jika 85% dari seluruh siswa yang di atas KKM.
(2) Rendahnya nilai siswa kelas XII umumnya, dan kelas XII IS.3 khususnya pada aspek keterampilan menulis ini disebabkan daya serap siswa terhadap materi pelajaran sangat kurang, menunjukkan suatu indikasi bahwa proses belajar-mengajar khususnya Rancangan Pelaksananaan Pembelajaran (RPP) dan Strategi mengajar (Metode dan teknik) yang diterapkan belum berhasil meningkatkan kemampuan siswa yang diisyaratkan pada Taxonomi Bloom, yakni penguasaan ranah kognitif, afektif dan psikomotor tidak terwujud. Dengan kata lain guru masih memberikan pembelajaran pada pandangan pengetahuan semata-mata sebagai faktor penentu yang harus dihafal oleh siswa. Metode masih konvensional dan guru sebagai sumber utama pengetahuan yang diangap serba bisa.
Agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
edukatif, dan menyenangkan (PAIKEM) dapat ditempuh dengan penerapan model kooperatif yang terintegrasi dengan teknik membaca-menulis, melalui strategi P,Q,R,S,T dan divariasikan dengan Model Picture and Picture (Cooperatif Integrated Read-composition). Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan model, metode, teknik, dan strategi tersebut untuk membuktikan bahwa melalui penerapan model CIRC dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf dalam pelajaran bahasa Indonesia.
B. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
I. Perumusan Masalah
Berdasarkan fakta di atas, masalah yang diangkat dalam penelitian pada mata pelajaran bahasa Indonesia ini adalah:
• Adakah terjadi peningkatan kemampuan belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif dengan penerapan model, strategi, dan teknik belajar yang Kooperatif Terpadu tipe Cooperatif Integrated Read-Composition (CIRC) dengan teknik Picture and Picture serta strategi P,Q,R,S,T yang digunakan dalam PTK ini?
• Apakah dengan penerapan pembelajaran Koopratif Terpadu tipe CIRC dengan teknik Picture and Picture serta strategi P,Q,R,S,T dapat meningkatkan aktivitas (dalam diskusi kelompok) siswa pada proses pembelajaran keterampilan menulis paragraf dan atau karangan ilmiah berupa artikel?
• Apakah dengan penerapan metode tipe Cooperatif Integrated Read-Composition, Picture and Picture, dan strategi P,Q,R,S,T dapat meningkatkan nilai siswa paling tidak secara klasikal siswa kompeten mencapai 85% dari seluruh siswa? Dan secara individual mendapatkan nilai di atas KKM= 70 lebih dari 65 % dari seluruh siswa?
II. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, pertama guru harus bersedia mengubah rancangan dan strategi pembelajaran yang konvensional selama ini dengan metode Kooperatif tipe ‘Cooperatif Integrated Read-Composition, Picture and Picture, P,Q,R,S,T’ yang berpedoman kepada Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG 1 dan APKG 2) seperti terlampir. APKG tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan teknik belajar kelompok kooperatif, antara lain RPP, tugas Mandiri danTugas Mandiri Terstruktur Siswa, melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) seperti terlampir, sekaligus befungsi sebagai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk analisis data menggunakan Analisis Deskriptif Kualitatif.
III. Hipotesis
Suatu anggapan (assumsi), bahwa sebelum dilakukan penelitian terhadap kemampuan siswa menulis sebuah paragraf atau wacana eksposisi, adalah siswa mampu untuk menuangkan ide-ide/gagasan-gagasannya sesuai dengan kaidah kebahasaan seperti efektifitas kalimat, kaidah Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EyD) dan Peristilahan, kaidah Koherensi dan Kohesif antarkalimat dan antarparagraf, kaidah pilihan kata (Diksi) paragraf/wacana.
Implikasi penyebab utama kurang memenuhi persyaratan-persyaratan kaidah-kaidah di atas adalah:
• Para siswa belum terbiasa menyusun sebuah paragraf ekspoisisi dengan struktur kalimat yang sesuai kaidah;
• Penguasaan kosa kata para siswa belum optimal sebagai prasyarat utama untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan;
• Pemahaman ejaan dan tanda baca (pungtuasi) belum memenuhi aturan Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan) belum optimal.
IV. Hipotesis Tindakan/Pemecahan Masalah
Perkiraan tindakan yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan.
• Apakah dengan metode kooperatif tipe Cooperatif Integrated Read-Composition dan Picture and Picture, serta strategi P,Q,R,ST dapat memacu kreativitas siswa dalam belajar bahasa Indonesia?
• Apakah dengan penerapan metode kooperarif tipe Cooperatif Integrated Read-Composition dan Picture and Picture, serta strategi P,Q,R,S,T nantinya akan dapat membantu siswa untuk menulis paragraf eksposisi dan atau wacana?
• Apakah dengan strategi P,Q,R,S,T dalam pembelajaran, siswa dapat menemukan ide-idenya untuk dituangkan dalam paragraf/wacana dengan komunikatif antarpenulis dengan pembaca;
• Apakah dengan metode Picture and Picture nantinya siswa akan dapat menemukan ide pokok setiap gambar yang selanjutnya apakah mereka dapat menyusun kalimat topik dan kalimat-kalimat penjelas yang panjang lebar dari ide-ide pokok itu?
• Apakah para siswa dapat membuat ragangan, kerangka, atau outline karangan yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan menjadi kalimat-kalimat penjelas yang panjang lebar, logis dan masuk akal serta memenuhi kaidah-kaidah penulisan sepeti di atas?
• Apakah para siswa dapat menggunakan kosakata (diksi) yang tepat dalam mengembangkan kerangka menjadi kalimat paragraph yang kohesif dan koheren?
Merujuk pada paparan di atas maka hipotesis tindakan dalam PTK ini adalah ‘melalui penggunaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan RPP Sekolah Rintisan Sekolah Standar Nasional itu yang berpola Tatap Muka Mandiri Terstuktur dan Non-Tersetruktur, dengan paduan metode kooperatiof CIRC, Picture and Picture serta strategi P,Q,R,S,T diharapkan Proses Belajar Mengajar akan menjadi lebih baik dan pencapaian hasil belajar yang optimal siswa dapat diwujudkan, sehingga amanat Silabus dan Kurikulum 2004 Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SI & SKL 2006) dapat terpenuhi. Selain itu konsep belajar Belajar Tuntas (Mastery of Learning) dapat dicapai.’
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum PTK dilakukan bertujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran dan kemampuan professional guru, mengembangkan kurikum di tingkat sekolah/kelas, serta untuk meningkatkan situasi tempat praktik pembelajaran di sekolah.
(1) meningkatkan strategi pembelajaran dan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia;
(2) siswa merasa dirinya mendapat perlakuan dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan dalam proses belajar mengajar, karena penerapan metode diskusi kooperatif CIRC;
(3) Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, karena RPP yang digunakan adalah RPP Sekolah Standar Nasional yang berpola Tatap Muka Mandiri Terstruktur dan Tatap Muka Mandiri Non-Terstruktur serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu dan atau kelompok. (butir 2 dan 3 ini adalah peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia), dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik;
Tujuan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran bahasa Indonesia ini mengubah cara pembelajaran membaca menulis paragraph/wacana yang selama ini masih tradisional konvensional menuju cara pengajaran bahasa yang lebih bermakna yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sarana pendukung yang memadai dan penerapan metode, teknik, model, serta strategi yang tepat, siswa dapat menyusun kerangka, mengembangkan kerangka karangan ekspositoris, bahkan lebih daripada itu dapat menulis artikel sederhana yang memenuhi kaidah kebahasaan, sesuai dengan kompetensi dasar menulis yang diamanatkan di dalam silabus kurikulum KTSP 2006. Juga bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dan mata pelajaran lain pada umumnya, sebagai acuan penelitian bagi peneliti-peneliti lainnya.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Penelitian ini berguna bagi siswa agar dapat menerapkan cara membaca dan menulis, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk berinisiatif, partisipatif dengan metode kooperatif;
2. bagi guru merupakan sarana dalam melaksanakan kegiatan bermanfaat sebagai indikator pencapaian KKM, pencapaian tujuan pembelajaran mata pelajaran dan KKM sekolah;
3. bagi lembaga Kependidikan (sekolah) bermanfaat mendeteksi sampai sejauhmana pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilaksanakan di sekolah;
4. Bagi pemerintah dan pemangku kepentingan (stickholder) penelitan ini merupakan masukan guna menentukan kebijakan dalam dunia pendidikan;
5. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menumbuhkan sikap positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menumbuhkan apresiatif sastra bagi pekerja, penikmat, dan pemerhati sastra;
6. Selain itu, juga bermanfaat sebagai acuan bagi peneliti-peneliti semacam ini.
BAB II KAJIAN TEORI
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif, Hakikat belajar, dan Model Pembelajaran Tipe
Cooperatif Integrated Read-Composition(CIRC)
a). Pengertian Pembelajaran Kooperatif dan Hakikat belajar
Belajar kooperatif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. (Kunandar: 2008, hlm. 272) berpendapat:
“Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian. Dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, dan meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran.”

Dalam hubungan ini agar siswa aktif, kreatif seperti yang dimaksudkan oleh ahli di atas, seorang guru bisa membentuk kelompok diskusi kecil yang terdiri dari 3-5 orang siswa guna membahas materi pelajaran. Dari kegiatan itu diskusi kelompok kecil itu akan terlihat sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas siswa. Esensi kegiatan ini dilakukan pada PTK dengan terfokus pada Kompetensi Dasar yang sesuai dan diuji-cobakan pada tiga siklus penelitian.
Adapun informasi guru sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama, para siswa di dalam kelompok (Sebelum siklus 1) diarahkan agar menemukan paragraf eksposisi di perpustakaan. Setelah tersedia dilakukan ‘bedah paragraf’ yaitu mengembalikan paragraf utuh temuan siswa ke dalam kalimat gagasan utama. Setelah itu kelompok diskusi menyusun uraian berupa kalimat penjelas susunan mereka. Tentu kalimat penjelas susunan mereka (dalam kelompok diskusi) akan berbeda dengan kalimat penjelas paragraf utuh yang mereka ‘bedah’.
Dari kegiatan ini akan melatih siswa membuat kalimat dengan khazanah kosa kata yang variatif. Tentu akan melatih siswa menguasai perbendaharaan kosa kata yang banyak.
Jadi penyelenggaraan pembelajaran melalui metode CIRC ini sangat tepat bagi pengajaran menulis paragraf, karena dilaksanakan dengan diskusi kelompok dan ditindak-lanjuti dengan presentasi hasil diskusi di depan kelas. Inilah yang dimaksud menumbuhkan Aktivitas siswa berupa keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian. Dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran yang dimaksud Kunandar dalam tulisannya di atas. Pada proses belajar dalam diskusi tersebut merupakan esensi dari metode CIRC yang dikembangkan dalam Penelitian Tindakan Kelas seperti ini.
b. Hakikat Belajar Menulis
Belajar secara umum, yaitu penyajian pengalaman belajar sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat (learning to life), yang mengacu kepada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada dasarnya adalah pembelajaran keterampilan berbahasa. Ilmu bahasa dan sastra berfungsi sebagai pendukung pengembangan keterampilan berbahasa siswa. Pengembangan keterampilan berbahasa akan optimal apabila dipraktikkan dalam serangkaian pelatihan dan tugas yang ditindak-lanjuti. Oleh karena itu praktik pembelajaran siswa menjadi tuntutan utama. Peran guru sebagai wahana berbahasa siswa. Dalam Pembelajaran, siswa betul-betul melakukan praktik berbahasa, baik mendengar, membaca, berbicara, dan menulis.
Suparno dan Mohamad (2008:13) mengemukakan, “menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat. (1) Penulis; (2) Pesan/Isi; (3) Saluran/media , dan (4) Pembaca.”

Untuk itu menurut peneliti PTK ini, seorang penulis dapat dikatakan mampu menulis jika menguasai unsur-unsur kebahasaan dan unsur isi atau pesan apa yang dikomunikasikan kepada seseorang agar orang lain yang membaca tulisan itu dapat paham apa yang dikehendaki oleh penulis pesan itu, atau tulisan itu tidak ngawur.
Pengetahuan kebahasaan yang harus dikuasai seseorang dalam menulis antara lain pengetahuan tentang komposisi.

Apakah komposisi itu?
“Komposisi adalah bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang tercermin dalam susunan beberapa kalimat. Sebuah komposisi dapat terbentuk hanya satu untaian kalimat dan dapat pula berupa rangkaian kalimat. Untaian kalimat yang mencerminkan satu gagasan yang padu membangun satu paragraf atau alinea.” (Hasan Alwi, 2000: 90).

Dengan demikian ciri-ciri umum yang terdapat pada jenis komposisi yang baik bercirikan kepaduan. Kepaduan itu terbentuk oleh adanya kesatuan dan pertautan. Kesatuan ini berkenaan dengan pokok masalah, sedangkan pertautan itu berkenaan dengan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain yang berupa kalimat dan paragraf atau lebih luas lagi berupa wacana/teks.
Untuk menjamin adanya kesatuan dan pertautan dalam komposisi hendaknya termuat hanya satu gagasan pokok yang sesuai dengan jenjangnya dan gagasan pokok itu kemudian dikembangkan. Di dalam sebuah paragraf gagasan pokok itu dapat diwujudkan dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat pokok. Gagasan itu (kalimat penjelas, *]penulis) yang lain sehingga membentuk paragraf, karena di dalam setiap paragraf seutuhnya terdapat proses pengembangan atau satu gagasan pokok sehingga terbentuklah pertautan antarkalimat/antarparagraf pokok dan kalimat/paragraf pengembang, serta antarkalimat/paragraf pengembang yang satu dan kalimat/paragraf pengembang lain.
Kepaduan itu tampak seperti pola paragraf berikut ini.









(Gambar 1)

Keterangan:
======== kalimat pokok I paragraf
………….. kalimat pengembang *) II paragraf pengembang





Bagaimana contoh nyata sebuah paragraf yang padu?




Perhatikan wacana teks 1 berikut!
(1) kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat parah. (2) Sumur penduduk sudah tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5) Banyak sawah yang tidak tergarap lagi; tanahnya mengeras dan pecah-pecah.
Analisis:
Gagasan pokok pada paragraf di atas akibat kekeringan yang parah terutama pada kalimat (1). Kalimat (2) dan (3) merupakan pengembang kalimat (1) sehingga pembaca memperoleh gambaran yang lebih lengkap perihal kekeringan itu. Sebagai kalimat pengembang, masing-masing memberikan keadaan yang disebut dalam kalimat (1).
Berikut ini contoh paragraf tidak padu


(1) Biji yang patut dipilih sebagai bibit memiliki beberapa ciri. (2) Setelah dipilih, bibit disemaikan terlebih dahulu. (3) Biji yang dijadikan bibit harus masih dalam keadaan utuh. (4) Biji yang kulitnya berkerut atau berjamur sebaiknya tidak dipilih. (5) Kulit biji yang sehat biasanya berwarna kuning muda.
Pada paragraf di atas, gagasan pokok termuat pada kalimat (1). Kalimat (3) sampai ke (5) membicarakan ciri bibit yang baik untuk dipilih sebagai bibit. Oleh karena itu, kalimat (3) sampai (5) merupakan pengembang kalimat (1). Kalimat (2) memang bertauatan dengan kalimat (1) karena juga bertopik tentang bibit, tetapi bukan pengembang kalimat (1) karena tidak berbicara tentang ciri bibit. Dapat dikatakan paragraf di atas tidak padu (tidak koheren) karena terdapat ketidak-satuan gagasan (tidak kohesif).
Apakah kalimat pokok selalu di bagian awal?
Kalimat pokok tidak selalu di awal paragraf. Pada contoh berikut ini kalimat pokok itu terletak di akhir paragraf, yaitu kalimat (5)


(1) Selama ini banyak orangtua yang mengeluh karena tidak dapat memahami pelajaran matematika yang diajarkan kepada anaknya. (2) Mereka tidak dapat membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. (3) Para guru lulusan tahun yang telah lama silam pun tidak sedikit yang kebingungan. (4) Buku paket di beberapa tempat ternyata belum sampai. (5) Tampaknya, pemberian pelajaran matematika cara baru ini memang belum siap.
Topik-topik dalam karangan eksposisi
1. data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi ada, dan dapat bersifat hystoris tentang bagiamana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya.
2. suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta; dan
3. fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian.

Beberapa urutan analisis eksposisi
1. urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya peristiwa,
2. urutan fungsional,
3. urutan atau analisis sebab-akibat, dan
4. analisis perbandingan

Langkah-langakah menulis eksposisi
1. menentukan tema,
2. menentukan tujuan karangan,
3. memilih data yang sesuai dengan tema, dan
4. membuat kerangka karangan, mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pelatihan!
(Aplikasi dari teori tentang aktivitas belajar oleh Kunandar, yaitu menyusun paragraf, maka dalam kelompok diskusi siswa berlatih.)

Kembalikan teks wacana 3 menjadi pola kerangka! Dengan gagasan utama Tampaknya, pemberian pelajaran matematika cara baru ini memang belum siap.











c. Hubungan Membaca dan Menulis
“Membaca adalah sebuah proses interaktif, dalam proses itu pembaca menggunakan kode, analisis konteks, pengetahuan awal, bahasa dan strategi control untuk memahami teks.” (Howl dan Nolet, 2000:23 dalam Sri Indrawati, 2008:3)
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan. Berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah mendengar, berbicara, dan membaca. “Selanjutnya seseorang itu membaca, bertujuan antara lain: (1) untuk keperluan studi, (2) untuk kesenangan.” (Tampubolon, 1987:211)
Membaca untuk keperluan studi adalah membaca untuk menemukan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah studi, yang pada akhirnya akan memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu dan disiplin yang dituntut dalam bacaan. Dari kegiatan membaca itulah orang menuliskan ide-ide atau gagasan-gagasannya. Sehubungan dengan bahan yang akan membuat tulisan dalam bentuk karang-mengarang prasyarat utama yakni pengalaman orang itu, juga diharuskan seseorang itu terlebih dahulu membaca untuk memahami sebuah teks. Dari pemahaman itu seseorang dapat menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan.
Hubungan teori di atas dengan PTK ini adalah dapat dikembangkan strategi pengajaran bahasa P,Q,R,S,T.
Strategi P,Q,R,S,T
Strategi P,Q,R,S,T dapat digunakan untuk mencari informasi secara cepat isi bahan bacaan dari berbagai sumber. Baik buku, majalah, maupun surat kabar. Pada PTK ini bahan untuk media diadaftasikan dari artikel pada surat kabar. Bahan tersebut selain untuk siswa menemukan ide pokok suatu paragraf, juga sekali gus sebagai instrument penilaian.
Prosedur/Strategi P,Q,R,S,T yang dilakukan Siswa
1. Preview: Lihat dan kenalilah bahan sebelum melakukan kegiatan membaca. Bahan yang dimaksudkan adalah organisasi tulisan. Misalnya, jika sumber berupa artikel, langkah yang dapat kalian lakukan adalah membaca judul dan subjudul, membaca pengantar atau dua paragraf awal untuk menangkap ide dan latar tulisan, membaca paragraf pertama dan paragraph akhir.
2. Question: dalam kegiatan ini siswa mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya di buku latihan tentang isi yang mungkin disampaikan dalam sumber bacaan tersebut.
3. Read: dengan berbekal pertanyaan yang kalian ajukan, carilah jawabannya dengan membaca sumber bacaan pada media di papan tulis.
4. Summarize:Setelah membaca, carilah hal-hal yang penting atau ringkaslah isi artikel. Bisa juga dengan meringkas paragraf tersebut untuk menemukan ide pokok paragraf.
5. Test: dalam langkah terakhir, ujilah diri kalian tentang apa-apa yang telah kalian baca.
(Dari kegiatan 1-5 di atas siswa telah menyusun paragraf dalam bentuk ringkasan dengan pilihan kata sendiri). Dengan demikian strategi pembelajaran ini dapat dikembangkan karena secara esensial mengajak siswa menyusun paragraf yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan. (yang telah diuraikan pada bagian depan tulisan ini).
d. Manfaat Menulis
“Nasution, 2007:3, (dalam Indrawati, 2008:23) mengemukakan, menurut Hairston fungsi penting menulis antara lain: Kegiatan menulis dapat memunculkan ide-ide baru. Ini terutama terjadi dalam kita membuat hubungan antara ide yang satu dengan ide yang lain dan melihat keterkaitannya secara keseluruhan.”
Sejalan dengan pemunculan ide-ide baru dalam menulis, maka PTK ini perlu menampilkan gambar-gambar, dengan mengajak siswa beraktivitas membubuhkan ide/gagasannya pada gambar-gambar tersebut. (Model picture and picture) yang digunakan sebagai berikut:













• Gambar 1 idenya …………………………………………………………………………
• Uraikan ide gambar 1 menjadi 8 kalimat penjelas!
• Gambar 2 idenya………………………………………………………………………….
• Uraikan ide gambar menjadi 8 kalimat penjelas!
• Gambar 3 idenya………………………………………………………………………….
• Uraikan ide gambar 3 menjadi 8 kalimat penjelas!
• Gambar 4 idenya………………………………………………………………………….
• Uraikan ide gambar 4 menjadi 8 kalimat penjelas!
(Siswa menemukan ide gambar-gambar di atas, lalu merumuskan ide menjadi kalimat topik dan menguraikan kalimat-kalimat topik itu menjadi beberapa kalimat penjelas, sehingga membentuk paragraf utuh dan padu).
e. Unsur-unsur dalam Menulis Karangan
“Tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca. Karena itu, ada beberapa unsur dalam tulisan atau karangan yang perlu untuk mencapai tulisan yang efektif.’
( Keraf, 1984:34)
Nasution dalam (http: // www.uny.ac.id/akademik/sharefile/), secara garis besar unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu unsur organisasi tulisan atau karangan dan unsur kebahasaan.
2. Hakikat Model Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading-Composition (CIRC)
 Model Pembelajaran Kooperatif
Model Kooperatif tipe CIRC maksudnya perpaduan Model Pembelajaran Membaca-Menulis, Model dengan Picture and Picture dan Strategi Membaca P,Q,R,S,T yang merupakan variasi belajar Kooperatif (Cooperatif of Learning).
Pembelajaran cooperatif learning adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman. Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif learning berbeda dengan pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal dengan belajar kelompok. Meskipun demikian ada sejumlah perbedaan prinsifil antara kelompok belajar
Sumber: Kunandar, 2008

 Model Pembelajaran CIRC Dipadu Teknik Picture and Picture dan Startegi P,Q,R,S,T

Tipe Metode CIRC yang dikembangkan dengan teknik Picture and Picture dan Strategi P,Q,R,S,T untuk mengatasi masalah yang timbul dalam mengajarkan menulis wacana pada siswa. Tipe ini dapat menumbuhkan gagasan-gagasan siswa yang sekaligus mendukung teori belajar di bagian muka. Juga relevan karena sebagai pilihan tindakan mengatasi masalah sekaligus pemecahan masalah pengajaran yang timbul dalam belajar siswa, sesuai dengan dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) yang menyangkut Kompetensi Dasar yang sedang dibahas, yaitu menggunakan RPP Sekolah Standar Nasional (SSN) yang sedang aktual sekarang ini.
Metode atau media yang dapat digunakan dalam membaca ekstensif, misalnya untuk menemukan ide pada suatu Indikator pembelajaran dalam bacaan sangat cocok jika ditempuh dengan metode kooperatif terpadu P,Q,R,S,T yakni medianya berbasis cetak yang diperbesar. Keungulan media ini guru dapat berkreasi dengan mengaplikasikan media surat kabar (artikel) untuk diperbesar dengan pemanfaatan fotokopi, gambar-gambar atau slide, overhead projector, atau pemanfaatan alat proyeksi lain dengan perangkat lunak (soft ware) seperti LCD, DVD pada layar dengan memasukkan artikel yang akan diajarkan.
Siswa dapat menemukan dengan cepat informasi yang ada dalam teks karena dilakukan secara bersama-sama (kooperatif) dalam kelompok diskusi. Siswa dengan mudah merespons teks wacana.
Bahan pelajaran berupa buku sumber peneliti, buku sumber siswa, lembar kerja siswa (LKS) buatan guru, dan semua bahan yang menunjang. Sehubungan dengan timbulnya masalah di atas, dalam pengkondisian belajar siswa di dalam kelas hendaknya guru terbiasa dengan penggunaan media pembelajaran yang mendukung setiap kompetensi dasar yang diajarkan. Dalam hubungan ini, menurut PAVLON, bahwa:
“Proses pengkondisian atau interaksi antara pemunculan stimulus yang bervariasi, baik stimulus tunggal, maupun kombinasi stimulus. Misalnya, penyajian materi melalui ceramah, contoh, diskusi, penemuan kembali (discovery), kerja laboratorium, permainan dengan menggunakan media (papan tulis, OHP, video, film slide, LCD, tape recorder, dll). Hasil penelitian di dunia pendidikan menyatakan, bahwa penggunaan media yang beragam (dua atau lebih) secara variatif menghasilkan penguasaan materi siswa yang lebih baik, daripada satu atau tidak ada media.”
Menurut Schram (1977) mengemukakan, bahwa “Media Pembelajaran adalah teknologi pembaca pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.” Dengan dipertegas oleh Briggs (1977) yang menyatakan, “Media merupakan sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran.’
 Prosedur Kinerja Metode
Metode kooperatif tipe Cooperatif Integrated Read-Composition (CIRC) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah A:
a. Bentuk kelompok diskusi 4-5 orang siswa;
b. Berikan wacana atau teks yang sudah diperbesar atau teks dalam lembaran transparan- si/fokus;
c. Siswa secara bersama-sama menemukan informasi yang terdapat dalam wacana secara klasikal berupa tulisan pada kertas karton atau wacana yang ditayangkan;
d. Beberapa kelompok siswa mempresentasikan informasi yang sudah ditemukan, sedangkan kelompok lain mencermati;
e. Guru menyimpulkan.
Langkah B:
Strategi P,Q,R,S dapat digunakan untuk mencari informasi secara cepat isi bahan bacaan dari berbagai sumber. Baik buku, majalah, maupun surat kabar. Pada PTK ini bahan untuk media diadaftasikan dari artikel pada surat kabar. Bahan tersebut selain untuk siswa menemukan ide pokok suatu paragraph, juga sekaligus sebagai instrument penilaian.
Prosedur/Strategi P,Q,R,S yang dilakukan Siswa
1. Preview: Lihat dan kenalilah bahan sebelum melakukan kegiatan membaca. Bahan yang dimaksudkan adalah organisasi tulisan. Misalnya, jika sumber berupa artikel, langkah yang dapat kalian lakukan adalam membaca judul dan subjudul, membaca pengantar atau dua paragraph awal untuk menangkap ide dan latar tulisan, membaca paragraph pertama dan paragraph akhir.
2 Question: Dalam kegiatan ini siswa mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya di buku latihan tentang isi yang mungkin disampaikan dalam sumber bacaan tersebut.
3 Read: dengan berbekal pertanyaan yang kalian ajukan, carilah jawabannya dengan membaca sumber bacaan pada media di papan tulis.
4. Summarize: Setelah membaca, carilah hal-hal yang penting atau ringkaslah isi artikel. Bisa juga dengan meringkas paragraph tersebut untuk menemukan ide pokok paragraph.
5 Test: Dalam langkah terakhir, ujilah diri kalian tentang apa-apa yang telah kalian baca.
(Dari kegiatan 1-5 di atas siswa telah menyusun paragraph dalam bentuk ringkasan dengan pilihan kata sendiri). Dengan demikian strategi pembelajaran ini dapat dikembangkan karena secara esensial mengajak siswa menyusun paragraph yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan. (yang telah diuraikan pada bagian depan tulisan ini).
Pembahasan (Skenario Proses Belajar-Mengajar)
Dari uraian kajian teori di atas, peneliti memperoleh langkah-langkah acuan pelaksanaan PTK dalam proses belajar mengajar. Acuan pola kerja guru peneliti dan guru kolaborator adalah.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Bentuk kelompok secara heterogen 4-5 orang
siswa 1. Siswa berkelompok
2. Bagikan wacana/bahan kepada siswa 2. Mengkaji bahan/wacana yang diberikan
(tentang: ‘cloning’)
3. Guru menjelaskan teknik membaca, teknik
menemukan ide pokok/topik bacaan 3. Membaca (tentang: “cloning’) dengan strategi
P,Q,R,S,T untuk menemukan ide pokok bacaan
4. Tampilan gambar atau teks wacana 1 paragraf
yang diperbesar dengan OHP oleh guru di
papan tulis 4. Memperhatikan penjelasan guru, bagaimana
menentukan topik atau ide pokok dari gambar-
gambar yang ditampilkan
5. Membimbing siswa untuk menemukan ide
pokok/topik dari gambar-gambar atau teks
wacana 5. Menyusun topik menjadi kalimat topik, kalimat
topik menjadi kerangka, dan mengembangkan
kerangka karangan menjadi karangan utuh yang
kohesif dan koheren)
6. Penjelasan pola dan teknik menyusun ide
pokok/topik menjadi kalmiat topik, kalimat
topic menjadi kerangka, dan mengembangkan
kerangka (seperti pada gambar 1, hlm. …) 6. Mempersiapkan kelompok untuk presentasi
7. Informasi guru tentang presentasi di depan
kelas 7. Refleksi (untuk mengetahui kekurangan
kekurangan penampilan presentasi yang baru
saja dilakukan di depan kelas)
8. Refleksi (untuk megetahui kekurangan
kekurangan dalam presentasi siswa) 8. Menerima/menolak pendapat kelompok lain
9. Memberi kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapi presentasi dari salah satu
kelompok yang tampil 9. Guru bersama siswa menyimpulkan, tentang
cara cara penyusunan paragraf eksposisi
10. Guru bersama siswa menyimpulkan, tentang
cara-cara penyusunan paragraf eksposisi 10. Menjawab soal-soal evaluasi
11. Mengevaluasi

Hakikat Hasil Belajar dan aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam bagian ini diuraikan hakikat hasil belajar dan hakikat aktivitas siswa dalam kelompok diskusi sebagai acuan atas penerapan metode CIRC.
a. Hakikat Hasil Belajar
“Nana Sudjana” (dalam Kunandar, 2008:271) menerangkan:
“Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.”
Ada empat istilah yang terkait dengan konsep pengujian dan yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilain, dan evaluasi. Pengukuran menurut Guilford (1982) adalah “proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja/performance atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar.” (Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, 2006:9).
Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes bisa berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pertanyaan. Inventory merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif; kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka tetapi pernyataan kualitatif, yaitu pernyataan yang berupa sangat baik, baik, cukup,kurang, sangat kurang, dan sebagainya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat berjenjang atau hierarkis, maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan, yaitu dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
Penilaian atau assesement adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja (performance) individu peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian menurut Griffin & Nix (1991) ‘suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu’.
Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek, (Stufflebeam & Shinkfield, 1985). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester. Dalam penilaian tindakan kelas yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki model pembelajaran dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi siswa.
b. Hakikat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar untuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar-mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam KBM.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran: kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui metode kooperatif.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk meneliti aktivitas, kemampuan siswa yang berupa hasil belajar adalah variatif, yakni pengamatan gejala (observasi), pecobaan (eksprimen), wawancara/tanya jawab (intervieuw) dengan siswa responden multikelompok oleh guru peneliti dan kolaborator tentang KBM dan untuk menilai sejauhmana kemampuan siswa dalam menyerap materi yang diuji-cobakan. Metode pengumpulan data berupa daftar pertanyaan/ questioner, Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) guna mengobservasi guru oleh kolaborator dan siswa responden. Sedikit metode ceramah bervariasi sehubungan dengan penjelasan materi ajar. Metode analisis data adalah teknik sampling yang kualitatif dan kuantitatif, untuk mengukur sikap siswa responden terhadap bahan pelajaran (afektif) dan kuantitatif untuk mengukur daya serap siswa responden tentang materi berupa angka (kognitif dan acuan norma. Semua data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif secara akurat dan absah sesuai dengan data dan fakta di lapangan (field study).
A. Setting Penelitian
1. Tempat
Setting atau tempat PTK adalah SMAN 1 Tanjung Batu, kelas XII.IS.3 yang dimulai dari perencanaan, perlaksanaan tindakan, dan evaluasi kegiatan dilakukan dalam 3 (tiga) siklus.
2. Waktu Penelitian
Dilaksanakan pada awal tahun ajaran semester I, yaitu bulan September s.d Maret 2010. Dengan rentang waktu lebih kurang 6 bulan. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar-mengajar yang efektif di kelas.
Penelitian ini direncanakan akan melibatkan lima orang guru SMAN 1 Tanjung Batu, Ogan Ilir kelas X, XI, dan kelas XII, dilaksanakan ketika terjadi proses belajar di kelas XII.IS.3. Lama penelitian dijadwalkan mulai dari persiapan, tindakan hingga evaluasi selama lebih kurang enam bulan.
3. Siklus Penelitian
Terdiri dari 3 (tiga) siklus mengingat mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia terdiri dari empat keterampilan, yaitu, menyimak, menulis, membaca dan berbicara tentu secara integrative kooperatif membutuhkan waktu yang memadai. Setiap siklus terdapat 3 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemantauan, evaluasi dan refleksi (perenungan) melalui model CIRC.
B. Rencana-Rencana Prosedur Penelitian
Rencana penelitian dilakukan pada proses belajar-mengajar, sebab dengan kegiatan belajar mengajar bahasa dan sastra Indonesia tahun pelajaran 2009/2010 di SMAN Tanjung Batu, akan didapat perbandingan hasil antara KBM dengan metode CIRC dan KBM tanpa CIRC.
Prosedur penelitian berupa tahap-tahap, yakni tahap kesatu, kedua, dan ketiga perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan refleksi (perenungan).
Tahap ke-1:
Sebelum pelaksanaan dibuat berbagai input instrument yang akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yakni mengadakan kegiatan: (1). Menyusun RPP yang akan di-PTK-kan, yaitu kompetensi dasar (KD) mengacu kepada Kurikulum Sekolah Standar Nasional (SSN) yang Mandiri terstruktur dan non-struktur meliputi: a). menemukan ide pokok berbagai teks non-sastra dengan teknik membaca cepat (250 kata permenit; b). menulis gagasan secara logis dan sitematis dalam bentuk ragam paragraf/wacana ekspositoris sesuai dengan kaidah paragraf yang kohesif, koheren, logis, kalimatnya efektif, dan kaidah EyD dan peristilahan. (2) Melaksanakan simulasi, sebagai penjajagan (eksploratif) proses pembelajaran berhasil/tidaknya metode CIRC dilaksanakan. (3) Guru membuat media. Bentuk media pada penelitian ini charta (audio-visual) alat pandang dengar berupa slide, OHP dan atau LCD yang ditayangkan di ruang multimedia SMAN 1 Tanjung Batu. (4) Menyusun instrument penilaian; (5) menyusun jadwal observasi; (6) lembaran observasi; (7) Mempersiapkan alat-alat audio-visual; dan (8) Menyusun Lembar Kerja Siwa (LKS). Selain itu juga akan disusun daftar nama kelompok diskusi (kooperatif yang dibuat secara heterogen, tanpa pemilahan kemampuan dan latar belakang sosial siswa.)
Tahap ke-2:
C. Pelaksanaan Tindakan dan Pemantauan
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan. Pada tahap ke-2 ini dilakukan tindakan, sebagai berikut :
• Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus pertama, diberikan rencana pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan rencana yang ada pada RPP, pelaksanaannya guru mengobservasi kegiatan siswa.
• Selesai proses pembelajaran, guru yang terkolaborasi dalam kegiatan ini melakukan diskusi untuk membahas aktivitas pelaksanaan pembelajaran, baik kelebihan ataupun kekurangan, guna dilakukan perbaikan pada tindakan siklus kedua dan ketiga.
Tahap ke-3:
Evaluasi dan Refleksi
Pada tahap ini guru dan yang membantu dalam kolaboratif penelitian ini beserta siswa kelas XII IS.3 di sekolah ini mengevaluasi apakah hasil yang diharapkan dari penelitian ini tercapai. Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pemantauan, hasil tes maupun hasil diskusi. Yang didiskusikan antara lain, mengenai proses hasil yang dicapai, membahas perbedaan antara rencana dan pelaksanaan tindakan, melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh dan melihat hubungannya dengan rencana yang telah ditetapkan,melakukan diskusi untuk menentukan strategi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya dan kemudian diawali dengan refleksi lagi.
Adapun instrumen yang digunakan adalah.
a. Tes
Tes diberikan setelah selesai setiap siklus penelitian/pemberian tindakan. Tes setelah tindakan siklus pertama (T.1) bertujuan melihat seberapa besar nilai yang dicapai siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran kooperatif. Dilanjutkan dengan siklus kedua diberikan tes-2 (T.2) ini bertujuan untuk melihat perbandingan dengan T.1, ada atau tidak perubahan nilai, sudah atau belum mencapai nilai yang ditargetkan sesuai dengan amanat Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sekolah, di mana letak kelemahan metode/teknik/strategi metode kooperatif ini. Kemudian dilanjutkan dengan tes-3 (T-3) pada akhir siklus ketiga, berdasarkan hasil tes, dilihat nilai yang diperoleh setiap siswa dan juga dilihat rerata nilai setiap siklus.
Instrumen tes
Wacana
Melengkapi Paragraf dengan Kata Berimbuhan Asing
(2) kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat parah. (2) Sumur penduduk sudah tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5) Banyak sawah yang tidak tergarap lagi; tanahnya mengeras dan pecah-pecah. Banyak petani yang mengalami … besar. Udara …, padang ilalang di …. Tempat terbakar. Keluhan … antara lain sedikit mengalami … pernapasan. Berbagai penyakit seperti …., …., …. dan … telah melanda hampir sebagian penduduk di daerah Pegagan, …, Sumatera Selatan. Misalnya penduduk desa …., …., … dan beberapa desa di kecamatan Tanjung Raja.

Petunjuk!
1. Isilah kalimat yang rumpang dengan kosakata yang tepat.
2.Ubahlah kalimat atau kata-kata yang ada di dalam paragraf di atas dengan kata serapan
asing/daerah paling tidak 3 buah istilah asing. Atau buat 3 buah kalimat yang di dalamnya ada
5 buah istilah serapan asing!
Hasil Jawaban siswa *)lih. bagian Pembahasan dan Hasil Penelitian!
b. Angket (Kuesioner)
Angket pertama diberikan setelah pemberian tindakan siklus 1, tujuannya untuk mendapatkan masukan dari siswa mengenai efektivitas penggunaan teknik kooperatif (P,Q,,R,S,T) dalam pembelajaran membaca (bahasa Indonesia) yang telah mereka lakukan, mengenai kelemahan dan keunggulannya, serta saran yang diberikan siswa untuk pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Setelah selesai siklus ke-2 dan siklus ke-3, kepada siswa juga diberikan angket untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan teknik kooperatif (P,Q,R,S,T), serta saran mereka mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan teknik kooperatif (membaca).
c. Lembar Pengamatan (Observasi)
Lembar pengamatan (observasi) digunakan selama pelaksanaan pembelajaran untuk mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama berlangsung pembelajaran. Yang terpenting lagi adalah untuk mencatat aktivitas siswa pada saat melakukan diskusi teknik kooperatif. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dilaporkan pada kegiatan selanjutnya.

Pelaksanaan Siklus 1 sampai dengan Siklus 3:
 Memilih materi pelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe model CIRC, Picture and Picture, dan Strategi P,Q,R,S,T. Substansi materi yang disampaikan:
(1) mendaftarkan topik-topik yang akan dikembangkan; (2) menyusun kerangka paragraph eksposi toris; (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraph ekspositoris; (4) mengidentifikasi kata berimbuhan dalam paragraph ekpositoris (5) : Menentukan kata serapan untuk melengkapi paragraph (6) menyunting paragraph eksposisi yang ditulis teman; (7). Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik; (8) mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya; (9) merumuskan persoalan yang mendjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkannnya, kapan dimunculkan, apa tayang menjadi latar belakangnya, dll.); (10). Memberikan kritik dengan memberikan alasan yang logis.

 Membagi kelompok ke dalam 7 kelompok sesuai dengan metode pelajaran CIRC;
 Berikan tes untuk mengukur kemampuan siswa mengenai materi yang telah diajarkan;
 Presentasi;
 Pengamatan dan penilaian kelompok lain;
 Refleksi guru dan siswa;
 Guru menutup presentasi.
Setelah selesai guru memberi variasi:
 Memberikan tugas baru, seperti menjawab pertanyaan peserta presentasi;
 Memberi penguatan, tentang substansi materi (oleh guru).

Indikator keberhasilan dari setiap siklus:
• Pada siklus pertama: 65 % peningkatan nilai siswa dari nilai ulangan prasiklus pertama. Sebelum penerapan pembelajaran kooperatif tipe CIRC
• Pada siklus kedua peningkatan nilai siswa menjadi 80%
• Pada siklus ketiga peningkatan nilai siswa menjadi 95 %
• Jadi, dengan demikian jika guru menggunakan metode, model-model pendekatan, teknik dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan RPP Sekolah Standar Nasional dan Metode Koperatif CIRC, maka aktivitas pembelajaran dan nilai siswa akan meningkat.

Jenis dan intensitas peran peneliti dalam setiap tahap penelitian adalah sebagai berikut.
 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XII.IS.3 yang teridiri dari 39 siswa dengan komposisi 21 perempuan dan 18 laki-laki.
 Sumber Data
Data didapat dari siswa, yaitu untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif CIRC dan setelah pelaksanaan model mengajar tersebut.. Dari guru, yaitu: untuk melihat keberhasilan implementasi (wujud) pembelajaran metode kooperatif CIRC dan hasil belajar, serta dalam proses pembelajaran. Dari teman sejawat/guru kolaborator, yaitu : sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara konprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Tes
Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil pembelajaran siswa
b. observasi
digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran dengan model kooperatif CIRC
c. Wawancara
Untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif CIRC
d. Diskusi guru dan kolabotor
Untuk refleksi hasil siklus PTK
Alat Pengumpul Data
 Tes: Menggunakan butir soal/instrument soal untuk mengukur hasil belajar siswa.
 Observasi: Menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas kelompok siswa dalam proses belajar-mengajar bahasa Indonesia.
 Wawancara: Menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan (kolaborator) teman sejawat tentang pembelajaran kooperatif dengan tipe CIRC dan picture and picture.
 (Daftar pertanyaan)/Kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan Picture and Picture
 Diskusi : menggunakan lembar hasil pengamatan.
 LKS
D. Indikator Kinerja
(1) Siswa
(1.1) Tes: Rata-rata nilai ulangan pra-PTK dan ulangan KD, misalnya sekurang-kurangnya 80% siswa dapat mengerjakan dengan benar soal-soal tentang paragraph, lebih dari 75 % siswa dapat menyusun paragraph kohesif dan koheren dan menyusun kalimat yang dibubuhi unsur serapan asing sesuai dengan kaidah penyusunan paragraph ekspositoris dan ketentuan RPP Sekolah Standar Nasional (SSN)
(1.2) Observasi: keaktifan siswa dalam Proses Belajar Mengajar
(3) Guru
(2.1) Dokumentasi : kehadiran guru
(2.2) Observasi: Hasil observasi, kinerja guru dalam Proses Belajar Mengajar berupa Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) instrumen 1 dan instrument 2.









BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Analisis Data
Setelah data terkumpul.data dianalisis dalam setiap aspek kegiatan. Data tentang observasi dianalisis dari aspek pengamatan langsung, seperti, situasi kelas, cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, dll. Teknik observasi dilakukan dengan penghitungan secara kualitatif. Selain data tentang pengamatan guru di dalam kelas juga dianalisis tentang ekspresi siswa terhadap mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia (kognitif), pandangan siswa terhadap metode pembelajaran (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias siswa dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dll.
Data yang bersifat kuantitatif:
Nilai hasil belajar yang dianalisis secara deskriptif. (mencari nilai rerata, prosentase keberhasilan, dll.) Analisis data kuantitatif (seperti nilai hasil belajar ulangan harian, hasil belajar siswa siklus 1, siklus 2, dan siklus 3) dapat dianalisis dengan mencari nilai rerata prosentase keberhasilan, belajar, dan perbandingan nilai siswa sebelum dan sesudah siklus.
Data yang bersifat kuantitatif, yaitu data-data tentang informasi bentuk kalimat mengenai pemahaman siswa terhadap materi sajian (kognitif), pandangan siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), tabel aktivitas siswa, perhatian, antusias, kepercayaan diri, motivasi belajar diukur secara kuantitatif (berupa rentangan angka)
Berikut ini data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dan perubahan tingkah laku responden dalam PBM. Hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian dengan nilai dalam PTK. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah atau remedial/pengayaan . Aktivitas siswa dalam PBM tersebut berupa implikasinya dengan analisis keberhasilan kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, atau tidak berhasil.
Tabel Aktivitas Siswa dan Berkelompok (Kooperatif)
No. Metode Tradisional Ya Tidak Metode CIRC
(yang Dikembangkan) Ya Tidak
1. Apakah siswa mengikuti pelajaran? √ Apakah siswa mengikuti pelajaran? √
2 Kesiapan Alat Tulis belajar (ATB)? √ Kesiapan Alat Tulis belajar (ATB)? √
3 Aktivitas bertanya? √ Aktivitas bertanya? √
4 Apakah siswa mengerjakan tugas √ Apakah siswa mengerjakan tugas √
5 Ketepatan waktu melaporkan hasil? √ Ketepatan waktu melaporkan hasil? √
6 Aktivitas dalam kelompok √ Aktivitas dalam kelompok √
7 Apakah Siswa dapat menyusun kerangka karangan? √ Apakah Siswa dapat menyusun kerangka karangan? √
8 Dapat menyusun paragraph √ Dapat menyusun paragraph √
9 Apakah semua kegiatan inti dalam RPP diikuti? √ Apakah semua kegiatan inti dalam RPP diikuti? √
10 Apakah semua indikator dalam RPP tecapai? √ Apakah semua indikator dalam RPP tecapai? √
Kepada semua anggota kelompok diskusi diberikan lembaran instrumen tes, guna mengukur kemampuan mereka dalam penguasaan menulis kerangka karangan, mengembangkan kerangka paragraph/wacana, menulis paragraph yang kohesif dan koheren.
Petunjuk!
1. Buatlah sistematika kerangka karangan eksposisi yang bertajuk pertanian!
2. Kembangkan kerangka karangan yang telah kelompok kalian susun itu menjadi sebuah
paragraph minimal 8 kalimat!
3. Gunakan kosa kata (diksi) yang tepat
4. Tulisan harus memperhatikan kaidah kebahasan, efektivitas kalimat, ejaan dan tanda baca,
pedoman menuliskan peristilahan!
Pemerolehan Nilai Siswa Pra-PTK
Daftar Nama Kelompok Diskusi Kelas XII.IS 3 Semester Gazal 2009/2010
Nama Kelompok:
No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
1 A. Risani Nusa 58 Tidak Kompeten
Ahmad Fikri 58
Ahmad Paidi 58
Al Muttaqin 58
Anitalisma 58
Aprina 58
2 Arfika Laily Bangsa 64 Tidak Kompeten
Aricep Fasten 64
Benny Sanjaya 64
Citra Amelda 64

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
3 Cut Mutia Tanahair 60 Tidak Kompeten
Desvi Utari 60
Feri Anggriawan 60
Heny Saputri 60
Jumadil Arif 60
4 Isma’il Bahasa 58 Tidak Kompeten
Juwita 58
M. Desfri Mustaqim 58
M. Hasbi 58
Meiliza 58

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
5 Mirmawahani Persatuan 66 Belum kompeten
Nanik Sundari 66 Perlu dilakukan remedial
Novitasari 66
Nurjehan 66
Nurlaila 66
6 Rahmad Hendri R.S Kesatuan 60 Belum kompeten
Randi 60 Perlu dilkukan remedial
Rizki Novalia 60
Rizky Yusparita 60
Robbi Ilham 60







No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
7 Rumil Padri Budaya 70 Kompeten
Syabar Iman 70
Sari Septarini 70
Sawalludin 70
Tika Damayanti 70
8 Tri Utami Pemuda 66 Belum Kompeten
Tria Wulan Dari 66
Ulfa Novitasari 66
Weldy Arisandi A.S 66
Analisis Hasil
Dari delapan kelompok yang menjawab soal mengenai penyusunan kerangka, pengembangan kerangka berupa topik-topik menjadi kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas, dengan kaidah penulisan kalimat yang efektif, pilihan kosa kata yang tepat (diksi), paragraph yang padu antarkalimat (kohesif) dan antarparagraf (koheren), maka hanya kelompok tujuh yang kompeten. Sedangkan kelompok 1,2,3,4,5,6, dan kelompok delapan memperoleh nilai di bawah standar KKM.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah atau remedial/pengayaan . Aktivitas siswa dalam PBM tersebut berupa implikasinya dengan analisis keberhasilan kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, atau tidak berhasil.





















Siklus 1
Skala Sikap Siswa (Rating Scale) terhadap minat belajar bahasa Indonesia sebelum PTK adalah:
Tabel Aktivitas Siswa dan Berkelompok (Kooperatif)
No. Metode Tradisional Ya Tidak Metode CIRC
(yang Dikembangkan) Ya Tidak
1. Apakah siswa mengikuti pelajaran? √ Apakah siswa mengikuti pelajaran? √
2 Kesiapan Alat Tulis belajar (ATB)? √ Kesiapan Alat Tulis belajar (ATB)? √
3 Aktivitas bertanya? √ Aktivitas bertanya? √
4 Apakah siswa mengerjakan tugas √ Apakah siswa mengerjakan tugas √
5 Keteptan waktu melaporkan hasil? √ Keteptan waktu melaporkan hasil? √
6 Aktivitas dalam kelompok √ Aktivitas dalam kelompok √
7 Apakah siswa dapat menyusun kerangka Karangan? √ Apakah siswa dapat menyusun kerangka Karangan? √
8 Dapat menyusun paragraph √ Dapat menyusun paragraph √
9 Apakah semua kegiatan inti dalam RPP diikuti? √ Apakah semua kegiatan inti dalam RPP diikuti? √
10 Apakah semua indicator dalam RPP tecapai? √ Apakah semua indicator dalam RPP tecapai? √

Analisis Item:
Dari 10 item yang dirancang untuk mengukur aktivitas siswa belajar, maka hanya 1 item positif yang dapat dipenuhi, sedangkan 9 lainnya tidak tercapai. Untuk pengajaran tradisional, sedangkan pengajaran dengan metode, teknik strategi, dan model kooperatif capaian item positif seluruhnya dapat terpenuhi.
Dengan demikian sikap yang positif pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) ada pada metode kooperatif.
(Aplikasi dari teori tentang aktivitas belajar oleh Kunandar, yaitu menyusun paragraf, maka dalam kelompok diskusi siswa berlatih.)
Item 1:


(1) Selama ini banyak orangtua yang mengeluh karena tidak dapat memahami pelajaran matematika yang diajarkan kepada anaknya. (2) Mereka tidak dapat membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. (3) Para guru lulusan tahun yang telah lama silam pun tidak sedikit yang kebingungan. (4) Buku paket di beberapa tempat ternyata belum sampai. (5) Tampaknya, pemberian pelajaran matematika cara baru ini memang belum siap.
Topik-topik dalam karangan eksposisi
1. data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi ada, dan dapat bersifat hystoris
tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya.
2. suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta; dan
3. fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian.

Bebarapa urutan analisis eksposisi
1. urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya peristiwa,
2. urutan fungsional,
3. urutan atau analisis sebab-akibat, dan
4. analisis perbandingan

Langkah-langkah menulis eksposisi
5. menentukan tema,
6. menentukan tujuan karangan,
7. memilih data yang sesuai dengan tema, dan
8. membuat kerangka karangan, mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pelatihan!
Kembalikan teks wacana 3 menjadi pola kerangka! Dengan gagasan utama Tampaknya, pemberian pelajaran matematika cara baru ini memang belum siap.





Pemerolehan Hasil Belajar siswa pada siklus 1
N
Nama Kelompok:
No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
1 A. Risani Nusa 70 Kompeten
Ahmad Fikri
Ahmad Paidi
Al Muttaqin
Anitalisma
Aprina
2 Arfika Laily Bangsa 74 Kompeten
Aricep Fasten
Benny Sanjaya
Citra Amelda

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
3 Cut Mutia Tanahair 74 Kompeten
Desvi Utari
Feri Anggriawan
Heny Saputri
Jumadil Arif
4 Isma’il Bahasa 73 Kompeten
Juwita
M. Desfri Mustaqim
M. Hasbi
Meiliza

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
5 Mirmawahani Persatuan 70 Belum kompeten
Nanik Sundari Perlu dilakukan remedial
Novitasari
Nurjehan
Nurlaila
6 Rahmad Hendri R.S Kesatuan 70 Belum kompeten
Randi Perlu dilkukan remedial
Rizki Novalia
Rizky Yusparita
Robbi Ilham

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
7 Rumil Padri Budaya 80 Kompeten
Syabar Iman
Sari Septarini
Sawalludin
Tika Damayanti
8 Tri Utami Pemuda 76 Kompeten
Tria Wulan Dari
Ulfa Novitasari
Weldy Arisandi A.S


Analisis Perolehan Hasil:

Tampak jelas tidak ada kelompok siswa yang memperoleh nilai pelatihan 1 siklus 1 di bawah 70 sebagai angka KKM kelas ini.

Siklus 2
Pelatihan 1
Isilah titik-titik pada kerangka karangan berikut dengan tema Usaha penanggulangan penularan penyakit cikungunya dan demam berdarah (DBD) Dangue!
Paragraf eksposisi
• Tema: ………………………………………………………………………………………
• Topik: 1. …………………………………………………….
• Topik: 2 ……………………………………………………..
• Kalimat topik 1:
• Kalimat topik 2:
• Kalimat penjelas: ………………………....................................................................
……………………………………………………………………1

………………………....................................................................
……………………………………………………………………2

………………………....................................................................
……………………………………………………………………3.

………………………....................................................................
……………………………………………………………………4 dst.
• Topik: 3. …………………………………………………….
• Topik: 4 ……………………………………………………..
• Kalimat topik 3:
• Kalimat topik 4:
• Kalimat penjelas: ………………………....................................................................
……………………………………………………………………
………………………………………………………………dst.
Nama Kelompok:
No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
1 A. Risani Nusa 77 Kompeten
Ahmad Fikri
Ahmad Paidi
Al Muttaqin
Anitalisma
Aprina
2 Arfika Laily Bangsa 74 Kompeten
Aricep Fasten
Benny Sanjaya
Citra Amelda

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
3 Cut Mutia Tanahair 70 Kompeten
Desvi Utari
Feri Anggriawan
Heny Saputri
Jumadil Arif
4 Isma’il Bahasa 80 Kompeten
Juwita
M. Desfri Mustaqim
M. Hasbi
Meiliza

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
5 Mirmawahani Persatuan 78 kompeten
Nanik Sundari
Novitasari
Nurjehan
Nurlaila
6 Rahmad Hendri R.S Kesatuan 76 kompeten
Randi
Rizki Novalia
Rizky Yusparita
Robbi Ilham

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
7 Rumil Padri Budaya 69 Belum Kompeten
Syabar Iman
Sari Septarini
Sawalludin
Tika Damayanti
8 Tri Utami Pemuda 66 Belum Kompeten
Tria Wulan Dari
Ulfa Novitasari
Weldy Arisandi A.S


Analisis Perolehan Hasil Belajar Siswa:
Dari delapan kelompok yang menjawab soal mengenai penyusunan kerangka, pengembangan kerangka berupa topik-topik menjadi kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas, dengan kaidah penulisan kalimat yang efektif, pilihan kosa kata yang tepat (diksi), paragraph yang padu antarkalimat (kohesif) dan antarparagraf (koheren), maka 6 kelompok sudah kompeten dengan nilai di atas KKM yang ditetapkan. Sedangkan 2 kelompok yaitu kelompok 7 dan kelompok 8 memperoleh nilai di bawah standar KKM. Prosentase daya serap materi (nilai kuantitatif klasikal kelas XII IS. 3 pada pra PTK) adalah:
6:8 X x 100 % = 75 %, jika dibanding dengan pengujian terhadap siswa sebelum/pra-PTK dan pada PTK, yakni pada siklus ke-2 ini dengan materi yang sama maka hasil pemerolehan daya serap siswa terhadap bahan sajian adalah berbanding terbalik Artinya angka pemerolehan kelompok, jika pada pra-PTK 75% siswa belum berhasil menyerap materi, maka pada PTK saat metode kooperatif diterapkan ternyata 75 % siswa berhasil.
Siklus 3
Pelatihan 3
Pembelajaran dengan metode tradisional yaitu ceramah, menuliskan contoh paragraph di papan tulis, tidak menggunakan lembar kerja siswa (LKS)
Perhatikan paragraf berikut!
Prosesnya cepat, kok! Mula-mula saya menyiapkan naskah majalah sekolah yang akan saya cetak. Naskah itu lalu saya bawa ke bagian penerima naskah. Namanya Pak Broto. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir dari majalah saya dan biayanya. Setelah oke, naskah itu diketik di bagian komputer dan ditata tampilan grafis-nya. Kemudian, naskah yang sudah di setting di- lay-out. Naskah yang sudah di- lay-out selanjutnya dibawa ke bagian percetakan. Dalam waktu sepuluh menit, naskah itu sudah selesai dicetak. Akhirnya, tinggal menunggu proses akhir, yaitu penjilidan dan pengepakan. Pengalaman saya mencetak majalah itu sederhana, kok!
Hasil Penelitian
Berupa laporan hasil pekerjaan dan jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajarkan berupa data, yang kemudian data-data itu ditabulasi, sehingga tercermin aktivitas siswa di kelas dan tercermin kemampuan siswa menyerap materi ajar PTK untuk menulis paragraf ini, yang membandingkan data sebelum dan sesudah metode CIRC diterapkan. Hasil yang diperoleh siswa untuk mengembangkan paragraph dengan konjungsi melengkapi parangraf dengan kata serapan sebelum PTK dilakukan dengan penerapan metode CIRC sebagai berikut.
ANALISIS HASIL ULANGAN PRA- (PTK)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Banyak Soal : 1 Soal Esai
Guru Mata pelajaran : Drs. Amat Butin Banyak Peserta : 39 siswa
Pokok Bahasan/SK : Menulis
Menyunting, dan menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks naratif, deskriptif, eksposisi, argumentatif dengan mempertimbangkan kesesuaian isi dengan konteks, kepaduan, ketepatan struktur, ejaan, pilihan kata, dan penggunaan bahasa.
KD : Menentukan kata serapan untuk melengkapi paragraf
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : XII.IS.3/Gazal Tahun Pelajaran 2009/2010


No Nama Siswa Skor yang Diperoleh Jml. Skor yg dicapai % Keter-
capaian Ketuntasan Belajar Tindak Lanjut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ya Tidak
1 A. Risani 72 72% √ Lanjut
2 Ahmad Fikri 91 91% √ Lanjut
3 Ahmad Paidi 65 65% √ Remedi
4 Al Muttaqin 72 72% √ Lanjut
5 Anitalisma 79 79% √ Lanjut
6 Aprina 50 50% √ Remedi
7 Arfika Laily 74 74% √ Lanjut
8 Aricep Fasten 58 58% √ Remedi
9 Benny Sanjaya 59 59% √ Remedi
10 Citra Amelda 79 79% √ Lanjut
11 Cut Mutia 64 64% √ Remedi
12 Desvi Utari 72 72% √ Lanjut
13 Feri Anggriawan 56 56% √ Remedi
14 Heny Saputri 65 65% √ Remedi
15 Jumadil Arif 64 64% √ Remedi
16 Isma’il 70 70% √ Lanjut
17 Juwita 77 77% √ Lanjut
18 M. Desfri Mustaqim 52 52% √ Remedi
19 M. Hasbi 63 63% √ Remdi
20 Meiliza 72 72% √ Lanjut
21 Mirmawahani 70 70% √ Lanjut
22 Nanik Sundari 79 79% √ Lanjut
23 Novitasari 79 79% √ Lanjut
24 Nurjehan 79 79% √ Lanjut
25 Nurlaila 66 66% √ Remedi
26 Rahmad Hendri R.S 64 64% √ Remedi
27 Randi 74 74% √ Lanjut
28 Rizki Novalia 79 79% √ Lanjut
29 Rizky Yusparita 67 67% √ Remedi
30 Robbi Ilham 63 63% √ Remedi
31 Rumil Padri 58 58% √ Remedi
32 Syabar Iman 71 71% √ Lanjut
33 Sari Septarini 74 74% √ Lanjut
34 Sawalludin 67 67% √ Remedi
35 Tika Damayanti 74 74% √ Lanjut
36 Tri Utami 72 72% √ Lanjut
37 Tria Wulan Dari 72 72% √ Lanjut
38 Ulfa Novitasari 72 72% √ Lanjut
39 Weldy Arisandi A.S 69 69% √ Lanjut
Jumlah skor 2703
Jumah Skor Max (Ideal) 2691
% Skor tercapai 100.45%
Tidak Lanjut

PROGRAM PERBAIKAN DAN PENGAYAAN KLASIKAL
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Jenis Tagihan : Tes daya serap materi PTK
Kelas/Jurusan : XII.IS.3

Jenis
Prog. (perbaikan/
pengayaan) Hari/
Tanggal Kelas SK/KD No.
Soal Materi Soal Nilai
Test Keterangan
3Remidial Rabu, 23-12-2009 XII. IS 3 Esai Menulis 72 Tuntas dengan
remedi
6 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
8 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
9 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
11 Remidial Tuntas dengan
remedi
13Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
14Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
15Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
18Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
19 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
25Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
26 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
29 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
30 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
31 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi
34 Remidial 72 Tuntas dengan
remedi


Keterangan : Setelah dilakukan remedial pada siklus 1 siswa tersebut di atas dinyatakan kompeten dengan KKM 72

Hasil Analisis
a. Ketuntasan Belajar
a. Perorangan
Banyaknya siswa : 39
Banyaknya siswa yang tuntas : 23
Prosentase banyaknya yang belum tuntas : 16:39 X 100%= 41.03 %

b. Klasikal : Ya/tidak (Tidak)
Kesimpulan

a. Perlu dilakukan perbaikan secara klasikal teknik penyusunan paragraf dan
penggunanaan serapan asing (ulangan materi yang sama pada siklus ke-2)
b. Perlu perbaikan secara individual siswa-siswa:

Nama : 1. Ahmad Paidi 2. Aprina
3. Aricep Fasten 4. Benny Sanjaya
5. Cut Mutia 6. Ferri Angriawan
7. Heny Saputri 8. Jumadil Arif 9. M. Defri Mustaqim 10. M. Hasbi
11. Nurlaila 12. Rahmad Hendri R.S
13. Rizki Yusparita 14. Robbi Ilham
15. Rumil Padri 16. Sawalludin
Keterangan:

a. Daya serap perorangan
Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau 6,5
b. Daya serap klasikal
Suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari 65%
Analisis hasil perolehan siswa terhadap melengkapi paragraf eksposisi dengan konjungsi dan kata serapan imbuhan asing adalah sebagai berikut:
Perlu perbaikan secara individual siswa-siswa:
Nama : 1. Ahmad Paidi 2. Aprina
3. Aricep Fasten 4. Benny Sanjaya
5. Cut Mutia 6. Ferri Angriawan
7. Heny Saputri 8. Jumadil Arif 9. M. Defri Mustaqim 10. M. Hasbi
11. Nurlaila 12. Rahmad hendri R.S
13. Rizki Yusparita 14. Robbi Ilham
15. Rumil Padri 16. Sawalludin
Kesimpulan
Jadi berdasarkan data yang ada prosentase banyak siswa dikurangi prosentase yang tidak tuntas = 100%-41.03 persen = 58, 67 %, maka materi menulis paragraf kelas ini dinyatakan tidak tuntas. Karena pencapaian daya serap klasikal di bawah 65 % dan tidak sesuai dengan konsep belajar mastery of learning
(Untuk itu pada siklus 3 ini dicobakan Pembelajaran dengan metode kooperatif. Dengan media Infokus, Media Charta, Memakai Lembar Kerja Siswa (LKS) dan metode cooperative)

Pelatihan 3 Siklus 3
Media Charta yang diperbesar (infokus) di ruang Multimedia
Perhatikan paragraf berikut!
Prosesnya cepat, kok! Mula-mula saya menyiapkan naskah majalah sekolah yang akan saya cetak. Naskah itu lalu saya bawa ke bagian penerima naskah. Namanya Pak Broto. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir dari majalah saya dan biayanya. Setelah oke, naskah itu diketik di bagian komputer dan ditata tampilan grafis-nya. Kemudian, naskah yang sudah di setting di- lay-out. Naskah yang sudah di- lay-out selanjutnya dibawa ke bagian percetakan. Dalam waktu sepuluh menit, naskah itu sudah selesai dicetak. Akhirnya, tinggal menunggu proses akhir, yaitu penjilidan dan pengepakan. Pengalaman saya mencetak majalah itu sederhana, kok!
Pelatihan (LKS):
1. Kembangkanlah kerangka di atas menjadi paragraf ekspositoris yang kohesif dan koheren, dengan mengikuti kaidah-kaidah penulisan paragraf, serta dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
2. Penggunaan kata penghubung (konjungsi) antarkalimat dan antarparagraf: ‘dan, lalu, tetapi, mula-mula, kemudian, berikutnya selanjutnya, sebelumnya itu, kemudian, akhirnya.’
a. Peristiwa pemogokan itu diawali oleh kejadian di- PHK- nya seorang karyawan bagian kontrol kualitas. Disusul oleh kejadian …………………………………………………..
lalu peristiwa…………………………...............................................................................
b. Saya lihat proses pembuatan tempe/tahu/cat…………………………….(Pilih yang kalian tahu), itu mudah. Mula-mula……………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..,. Selanjutnya………………………………………………………………………………,
Kemudian……………………………………………………………………………….., Akhirnya…………………………......................................................................................
c. Saya hampir tak percaya masak Dadang/Toni………………. jadi pindah sekolah/jadi pindah kerja? Hari Sabtu yang lalu……………………………….hari Minggu…………………..kemudian hari senin…………………………………..Masak hari ini ia jadi……………..………………………………………………………………?
3. Perhatikan paragraf berikut!
Prosesnya cepat, kok! Mula-mula saya menyiapkan naskah majalah sekolah yang akan saya cetak. Naskah itu lalu saya bawa ke bagian penerima naskah. Namanya Pak Broto. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir dari majalah saya dan biayanya. Setelah oke, naskah itu diketik di bagian komputer dan ditata tampilan grafis-nya. Kemudian, naskah yang sudah di setting di- lay-out. Naskah yang sudah di- lay-out selanjutnya dibawa ke bagian percetakan. Dalam waktu sepuluh menit, naskah itu sudah selesai dicetak. Akhirnya, tinggal menunggu proses akhir, yaitu penjilidan dan pengepakan. Pengalaman saya mencetak majalah itu sederhana, kok!





Hasil yang diperoleh siswa


No Nama Siswa Skor yang Diperoleh Jml. Skor yg dicapai % Keter-
capaian Ketuntasan Belajar Tindak Lanjut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ya Tidak
1 A. Risani 72 72% √ Lanjut
2 Ahmad Fikri 91 91% √ Lanjut
3 Ahmad Paidi 70 70% √ Lanjut
4 Al Muttaqin 72 72% √ Lanjut
5 Anitalisma 79 79% √ Lanjut
6 Aprina 70 70% √ Lanjut
7 Arfika Laily 74 74% √ Lanjut
8 Aricep Fasten 70 70% √ Lanjut
9 Benny Sanjaya 70 70% √ Lanjut
10 Citra Amelda 79 79% √ Lanjut
11 Cut Mutia 71 71% √ Lanjut
12 Desvi Utari 72 72% √ Lanjut
13 Feri Anggriawan 71 71% √ Lanjut
14 Heny Saputri 70 70% √ Lanjut
15 Jumadil Arif 71 71% √ Lanjut
16 Isma’il 70 70% √ Lanjut
17 Juwita 77 77% √ Lanjut
18 M. Desfri Mustaqim 72 72% √ Lanjut
19 M. Hasbi 70 70% √ Lanjut
20 Meiliza 72 72% √ Lanjut
21 Mirmawahani 70 70% √ Lanjut
22 Nanik Sundari 79 79% √ Lanjut
23 Novitasari 79 79% √ Lanjut
24 Nurjehan 79 79% √ Lanjut
25 Nurlaila 72 72% √ Lanjut
26 Rahmad Hendri R.S 74 74% √ Lanjut
27 Randi 74 74% √ Lanjut
28 Rizki Novalia 79 79% √ Lanjut
29 Rizky Yusparita 77 77% √ Lanjut
30 Robbi Ilham 73 73% √ Lanjut
31 Rumil Padri 74 74% √ Lanjut
32 Syabar Iman 71 71% √ Lanjut
33 Sari Septarini 74 74% √ Lanjut
34 Sawalludin 73 73% √ Lanjut
35 Tika Damayanti 74 74% √ Lanjut
36 Tri Utami 72 72% √ Lanjut
37 Tria Wulan Dari 72 72% √ Lanjut
38 Ulfa Novitasari 72 72% √ Lanjut
39 Weldy Arisandi A.S 69 69% √ Lanjut
Jumlah skor
Jumah Skor Max (Ideal)
% Skor tercapai
Tidak Lanjut
PROGRAM PERBAIKAN DAN PENGAYAAN KALISAKAL
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Jenis Tagihan : Tes daya serap materi PTK
Kelas/Jurusan : XII.IS.3

Jenis
Prog. (perbaikan/
pengayaan) Hari/
Tanggal Kelas SK/KD No.
Soal Materi Soal Nilai
Test Keterangan
Tak ada siswa
Yang diremedi
















Keterangan :
Hasil Analisis
a. Ketuntasan Belajar
1. Perorangan
Banyaknya siswa : 39
Banyaknya siswa yang tuntas : 39
Prosentase banyaknya yang belum tuntas : 0
2. Klasikal : Ya/tidak (ya tuntas)

Kesimpulan

a. Tidak perlu dilakukan perbaikan secara klasikal teknik penyusunan paragraf dan
penggunaan serapan asing (ulangan materi yang sama pada siklus ke-2)
b. Perlu perbaikan secara individual siswa-siswa:
Nama : Tidak ada (Semua kompeten)
Keterangan:

c. Daya serap perorangan
Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau 6,5
d. Daya serap klasikal
Suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari 65%



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(RPP1)
Nama Sekolah : SMA Negeri 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / I
Standar Kompetensi : Menulis
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif)

Kompetensi Dasar : 4.3. Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk
paragraf ekspositif

Indikator : 1. Mendaftarkan topik-topik yang dapat dikembangkan
2. Menyusun kerangka paragraf ekspositif
3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf ekspositif
4. Mengidentifikasi kata berimbuhan dalam paragraf ekspositif
5. Menyuting paragraf ekspositif yang ditulis teman

Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2× pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran :
• Siswa mampu menulis paragraf ekspositif

B. Materi Pembelajaran :
Paragraf ekspositif :
• Topik-topik paragraph berdasarkan media gambar
• Kalimat-kalimat berdasarkan media gambar
• Kerangka karngan berisi tema, topic, kalimat topic berdasarkan media gambar
• Contoh paragraph ekspositoris berdasarkan media gambar
• Pola pengembangan paragraf ekspositoris
• Contoh pengunaan konjungsi mula-akhir dalam paragraf ekspositoris

C. Metode Pembelajaran
• Pemodelan Picture and Picture
• Penemuan
• Masyarakat belajar
• Refleksi

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 :
a. Kegiatan Pendahuluan (Waktunya ± 10 ‘)
b. Peserta didik memperhatikan model paragraf ekspositif

b. Kegiatan Inti (Waktunya ± 60’)
Siswa dapat
1. Peserta didik mengidentifikasi karakteristik paragraf ekspositif
2. Peserta didik dapat menentukan topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf ekspositif
3. Peserta didik dapat menyusun kerangka paragraf ekspositif
4. Peserta didik dapat mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf ekspositif dengan menggunakan kata penghubung yang tepat
5. Peserta didik dapat mengidentifikasikan kata berimbuhan dalam paragraf ekspositif
6. Peserta didik menulis paragraf ekspositif

c. Kegiatan Penutup (Waktunya ± 20’)
• Peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap materi yang sudah dipelajari

Pertemuan 2 :
a. Kegiatan Pendahuluan (Waktunya ± 10‘)
• Peserta didik bertanya jawab tentang penulisan paragraf ekspositif

b. Kegiatan Inti (Waktunya ± 60’)
• Peserta didik menukarkan hasil kerjanya dengan teman
• Peserta didik mengoreksi hasil kerja temannya yang dipandu oleh guru
• Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang paragraf yang ditulis temannya
• Peserta didik memperbaiki paragraf yang ditulis berdasarkan hasil koreksian

c. Kegiatan Penutup (Waktunya ± 10’)
• Peserta didik dan guru melakukan sufleksi terhadap materi yang sudah dipelajari.
dst.

E. Sumber Belajar
• Ketatabahasaan dan kesusastraan oleh E. Koesasik
• Buku pelajaran bahasa Indonesia (PT. Setia Purna) hal 46-49
• Buku penunjang

F. Penilaian
a. Teknik Penilaian : Penugasan

b. Bentuk Instrumen : Tugas Rumah

c. Contoh Instrumen :
1. Tentukan ciri-ciri paragraf ekspositif!
2. Tentukan teman yang dapat dikembangkan menjadi paragraf ekspositif, kemudian susunlah kerangka paragraf ekspositif berdasarkan tema tersebut!
3. Kembangkan kerangka karangan tersebut menjadi paragraf ekspositif dengan memperhatikan pola pengembangan.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(RPP2)
Nama Sekolah : SMA Negeri 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / I
Standar Kompetensi : Menulis
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif)

Kompetensi Dasar : 4.3. Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk paragraf ekspositif

Indikator : 1. Mendaftarkan topik-topik yang dapat dikembangkan
2. Menyusun kerangka paragraf ekspositif
3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf ekspositif
4. Mengidentifikasi kata berimbuhan dalam paragraf ekspositif
5. Menyuting paragraf ekspositif yang ditulis teman

Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2× pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran :
• Siswa mampu menulis paragraf ekspositif

B. Materi Pembelajaran :
Paragraf ekspositif :
• Kerangka karangan berisi tema, topic, kalimat topic berdasarkan media gambar
• Contoh paragraph ekspositoris berdasarkan media gambar
• Pola pengembangan parafraf ekspositoris
Tema: Usaha penangulangan kerusakan lingkungan hutan pada lahan kritis
Topik:
1. Pengertian
Manfaat
Tujuan
2. Sebab-sebab kerusakan hutan:
• Perambah hutan/pemalakan
• Bencana alam seperti kebakaran
• Ladang brpindah
• Permukiman baru
3. Akibat yang ditimbulkan:
• Tanah longsor
• Bancana banjir
• Kemiskinan
• Dampak social, ekonomi


4. Usaha Pencegahan
• Menumbuhkan kesadaran warga masyarakat di sekitar hutan
• Sosialisasi pencegahan
• Melalui media massa, elektronik dan nonelektronik
• Penegakan undang-undang No. 4 tahun 1985 tentang lingkungan hidup
• Pengenaan sanksi hukum bagi pelanggar
5. Hasil simpulan dan saran penulis
C. Metode Pembelajaran
• Pemodelan Picture and Picture
• Penemuan
• Masyarakat belajar
• Refleksi

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 :
a. Kegiatan Pendahuluan (Waktunya ± 10 ‘)
Peserta didik memperhatikan model paragraf ekspositif

b. Kegiatan Inti (Waktunya ± 60’)
Siswa dapat
1. Peserta didik mengidentifikasi karakteristik paragraf ekspositif
2. Peserta didik dapat menentukan topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf ekspositif
3. Peserta didik dapat menyusun kerangka paragraf ekspositif
4. Peserta didik dapat mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf ekspositif dengan menggunakan kata penghubung yang tepat
5. Peserta didik dapat mengidentifikasikan kata berimbuhan dalam paragraf ekspositif
6. Peserta didik menulis paragraf ekspositif

c. Kegiatan Penutup (Waktunya ± 20’)
• Peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap materi yang sudah dipelajari

Pertemuan 2 :
a. Kegiatan Pendahuluan (Waktunya ± 10‘)
• Peserta didik bertanya jawab tentang penulisan paragraf ekspositif

b. Kegiatan Inti (Waktunya ± 60’)
• Peserta didik menukarkan hasil kerjanya dengan teman
• Peserta didik mengoreksi hasil kerja temannya yang dipandu oleh guru
• Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang paragraf yang ditulis temannya
• Peserta didik memperbaiki paragraf yang ditulis berdasarkan hasil koreksian

c. Kegiatan Penutup (Waktunya ± 10’)
• Peserta didik dan guru melakukan refleksi terhadap materi yang sudah dipelajari.
dst.

E. Sumber Belajar
• Ketatabahasaan dan kesusastraan oleh E. Koesasik
• Buku pelajaran bahasa Indonesia (PT. Setia Purna) hal 46-49
• Buku penunjang

F. Penilaian
a. Teknik Penilaian : Penugasan

b. Bentuk Instrumen : Tugas Rumah

c. Contoh Instrumen :
4. Tentukan ciri-ciri paragraf ekspositif!
5. Tentukan teman yang dapat dikembangkan menjadi paragraf ekspositif, kemudian susunlah kerangka paragraf ekspositif berdasarkan tema tersebut!
6. Kembangkan kerangka karangan tersebut menjadi paragraf ekspositif dengan memperhatikan pola pengembangan.


Mengetahui Tanjung Batu, 15 Maret 2010
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,



Drs. Marhaen Drs. Amat Butin
NIP 19650617 199703 1 003 NIP 19630210 200003 1 001








RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / 2

Standar Kompetensi : Berbicara
(10). Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari
Berbagai sumber

Kompetensi Dasar : (10.1). Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan
atau elektronik.
Indikator : 1. Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan
sumbernya

Pelatihan
Tangkaplah informasi kedua artikel berikut dengan menerapkan langkah-langkah strategi PQRST!
1. Bacalah judul, subjudul, dan paragraph awalnya!
- Apa judul dan subjudul artikel yang kalian baca!
- Media apakah yang mnemuat artikel tersebut?
- Bagaimanakah isi paragraf awalnya?
2. Ajukan pertanyaan yang berhubungan dengan judul, subjudul, dan pengantar yang terdapat dalam dua paragraf awal.
Teks I 1. Apa maksud judul teks 1?
2. …………………………………………………………………..
3. …………………………………………………………………..
4. …………………………………………………………………..
5. …………………………………………………………………..
6. dst……………………………………………………………….

Teks II 1. Apa yang dimaksud dengan kloning?
2. …………………………………………………………………..
3. …………………………………………………………………..
4. …………………………………………………………………..
5. …………………………………………………………………..
6. …………………………………………………………………..

3. Merumuskan persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa
yang memunculkannya, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
4. Memberikan kritik dengan disertai alasan
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2× pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran :
• Siswa dapat memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik.
• Artikel dalam media cetak atau internet yang menjadi bahan perdebatan umum (misalnya, kenaikan harga BBM atau berita terorisme)
• Kata kunci (saya kurang sependapat….karena…) untuk menyampaikan kritik atau dukungan terhadap suatu pendapat atau gagasan.
B. Materi Pelajaran:

MEMBERIKAN KRITIK TERHADAP INFORMASI DI MEDIA CETAK
(SK=10) (KD: 10.1, 10.2)
Kemajuan teknologi, termasuk media cetak memicu berkembangnya informasi secara cepat. Suatu masalah yang sedang hangat dibahas oleh berbagai media. Pembahasannya pun cukup bervariasi, sesuai dengan sudut pandang dan visi yang bersangkutan.
Jika kalian ingin mengkaji suatu masalah, berbagai sumber informasi dapat kalian gunakan sebagai landasan pengkajian karena setiap sumber informasi, baik buku, majalah, maupun surat kabar, memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kajian menjadi sempurna jika didukung oleh sumber yang lengkap.

1. Cara Mencatat Pokok Informasi dari berbagai Sumber dengan Mencantumkan Sumbernya

Sebelum kalian berlatih menyampaikan informasi yang bertopik sama dari berbagai sumber, langkah pertama yang harus kalian lakukan adalah membaca dan mencatat judul-judul teks dan sumber yang memuat teks tersebut, termasuk tahun terbit dan letak halamannya. Kemudian, buatlah kartu informasi yang berisi tentang pokok-pokok informasi dan sumbernya. Dalam dunia penulisan, teknik ini sering disebut dengan mengutip..
Perhatikan contoh berikut!
Judul Berita : Kloning manusia, menakutkan sekaligus membuat penasaran
Sumber : Kompas, Minggu 21 April 2002

Pokok Informasi
Tahun 1996, kloning mencapai perkembangan signifikan dengan kelahiran domba Dolly. Keberhasilan Ian Ilmut mengklon mamalia itu menjadi pertanda bahwa cloning pada manusia tinggal menghitung hari. Kontroversi tentang cloning pun langsung mencuat. Bagi yang tidak setuju, memang yang terbayang adalah pabrik manusia yang amat merendahkan martabat manusia.
Pelatihan
Setelah kalian mengetahui cara mengutip sebuah teks dari sumber tertulis, lakukan kegiatan berikut ini!
1. Carilah dua teks bertopik sama dari dua sumber berbeda!
2. Tulislah judul-judul tersebut beserta sumbernya!
3. Buatlah kartu informasi tentang isi teks tersebut! Lihat kembali contoh di atas.

2. Cara Menangkap Informasi secara Cepat dari Berbagai Sumber

Jika kalian akan menyampaikan informasi secara lisan kepada orang lain, kegiatan pertama yang harus kalian lakukan adalah mencari hal-hal yang berhubungan dengan informasi itu. Kalian terlebih dahulu membutuhkan strategi yang tepat agar pekerjaanmu cepat dan akurat. Strategi tersebut adalah strategi PQRST.
Strategi PQRST dapat kalian gunakan untuk mencari informasi secara cepat dari berbagai sumber, baik buku, majalah, maupun surat kabar.
1. Preview: Lihat dan kenalilah bahan sebelum melakukan kegiatan membaca. Bahan yang dimaksudkan adalah organisasi tulisan. Misalnya, jika sumber berupa artikel, langkah yang dapat kalian lakukan adalah membaca judul dan subjudul, membaca pengantar atau dua paragraph awal untuk menangkap ide dan latar tulisan, membaca paragraph pertama dan paragraph akhir. Jika sumbernya berupa buku, langkah yang dilakukan adalah membaca judul buku, menelusuri daftar isi, membaca kata pengantar, melihat tabel, grafik, menelusur appendiks, dan indeksnya. Tujuannya adalah untuk menemukan kata-kata kunci dan informasi yang akan kalian cari.
2 Question: dalam kegiatan ini siswa mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya di buku latihan tentang isi yang mungkin disampaikan dalam sumber bacaan tersebut.
3 Read: dengan berbekal pertanyaan yang kalian ajukan, carilah jawabannya dengan membaca sumber bacaan pada media di papan tulis.
4. Summarize:Setelah membaca, carilah hal-hal yang penting atau ringkaslah isi artikel. Bisa juga dengan meringkas paragraph tersebut untuk menemukan ide pokok paragraph.
5 Test: dalam langkah terakhir, ujilah diri kalian tentang apa-apa yang telah kalian baca.
3. Mencari Pokok-pokok Informasi yang Berbeda dari berbagai Sumber yang Isinya Sama dengan Strategi PQRST
Setelah kalian menegenali strategi PQRST, pembahasan selanjutnya adalah menerapkan strategi tersebut untuk menagkap beberapa sumber informasi berupa artikel. Kedua artikel berikut membahas topik yang sama, yaitu perbedaan tentang teknologi cloning.
Teks
Pengembangan Iptek Tidak Bisa Liar
Tahun 2002, Kloning memasuki tahap yang paling genting ketika Saverina Antinori dan kawan-kawan dari Italia, mengumumkan telah berhasil mencobanya kepada manusia. Masalahnya kemudian: “yang bisa tetapi tidak patut dilakukan” versus “yang bisa dilakukan harus terus dilakukan’. Sampai di mana keseimbangannya?

Ketika cloning domba Dolly diumumkan pada tahun 1997, para etikawan, dan umumnya ilmuwan khawatir. Mereka mengkhawatirkan cloning akan dilakukan pada manusia. Walaupun masih controversial, proyek cloning terus dilanjutkan. Kekhawatiran itu itu pun terjadi. Awal April ini berhasil cloning manusia diumumkan: seorang wanita yang sedang mengandung bayi hasil cloning. Saat ini usia kandungannya sudah dua bulan.
Banyak orang mengeritik dan mengecam hasil cloning tersebut karena berbagai ujicoba pada binatang menunjukkan banyak janin gugur sebelum lahir. Jika pun berhasil dilahirkan, hasil cloning itu umumnya rentan dan mebawa cacat lahir.
Jika kelemahan-kelemahan itu dikenakan pada cloning manusia, bukankah tindakan cloning akan mempermainkan harkat kemanusiaan? Jika Dolly, saat ini dikabarkan sakit-sakitan pula? Bagaimana dapat dipertanggungjawabkan secara etis-agamais campur tangan manusi yang terlalu besar dalam karya ciptaan Tuhan?
Kenyataannya, perkembangan iptek sangat pesat. Sementara itu, bioetika yang didasarkan pada penghargaan pada nilai-nilai iman berjalan lamban. Bioetika takut dan tersendat-sendat dalam mengatisipasi hasil kerja iptek. Masyarakat ilmu pun merasa semakin mampu melawan pertimbangan iman. Jika agamawan mengatakan semua usaha iptek termasuk cloning diarahkan untuk kepentingan manusia, para ilmuwan pun bisa menunjukkan keuntungan yang sama. Dengan membanggakan diri bahwa setiap langkah penelitian dapat dipertanggungjawabkan, para ilmuwan mau menunjukkan cara kerja iptek bisa dipertanggungjawabkan.
Dunia sains dan teknologi adalah dunia eksprimen dengan segala rumusan matematis yang harus mempertanggungjawabkan setiap langkah yang dilakukan.. Dunia sains dan teknologi memang tidak berurusan dengan iman, tetapi menjadi masalah ketika hasil rekayasa genetika itu berurusan, misalnya dengan kisah penciptaan.
Kloning domba Dolly dianggap sebagai hasil terobosan ilmu terpenting sepanjang tahun 1997. Akan tetapi menurut Dr. Kees Bertens, etikawan dari Unika Atma Jaya Jakarta, terobosan ilmu belum tentu terpenting sebab menyisakan kontroversi dalam kaitan etika. Kloning tidak hanya dilakukan di sel embrio, tetapi juga di sel dewasa. Kloning sel dewasa untuk mamalia ternyata dapat dilakukan dengan cara menciptakan duplikat. rupanya, tidak ada hambatan dalam menerapkan teknik dapat dilakukan sudah patut dilakukan.
Bertens membandingkan keadaan ini dengan laboratorium Scotlandia yang menghasilkan domba Dolly. Ian Wilmut bersama timnya melakukan 227 percobaan untuk menciptakan embrio domba, tetapi hanya 29 embrio domba yang dapat hidup lebih dari enam hari. Semua embrio mati sebelum lahir, kecuali domba Dolly.
Ketika proyek itu diterapkan pada manusia, prinsif etis tertinggi bahwa manusia tidak bisa dijadikan mainan, bukan lagi sekadar persoalan agama, tetapi persoalan kemanusiaan pada umumnya. Penghargaan terhadap martabat manusia berkurang. WHO merumuskan, seperti halnya dalam etika agama cloning manusia harus ditolak karena bertentangan dengan martabat dan integritas manusia.
Organisasi kesehatan dunia itu menegaskan bahwa campur tangan manusia dalam penciptaan manusia terlalu besar. Penciptaan manusia adalah hak dan kedaulatan Tuhan. Manusia tidak boleh dipermainkan. Kehormatan manusia dari dirinya sendiri tidak bisa diganggu gugat. Integritasnya sebagai manusia harus dihormati. Artinya, jika cloning domba Dolly telah terbukti menghadapi kerentanan yang tinggi, proyek cloning manusia semakin jelas tidak etis untuk dilanjutkan.
Budayawan Y.B. Mangunwijaya mengingatkan perlunya kontrol terhadap dampak lingkungan. Proses alami, katanya, harus dikontrol sehingga tidak merusak lingkungan. Ia pun mengkhawatirkan jika temuan-temuan tidak dikontrol, akan menjadi monster-monster yang mengganggu lingkungan. Eric Houwink rekan Mangunwijaya, seorang bioteknologi berpendapat, manusia tidak melihat kepentingan objektif dan kegunaan medis dari teknologi cloning tersebut.

(dikutip dari Kompas Mingu, 21 April 2002, dengan pengubahan)


Teks 2
Bayi Kloning? Apa Maksudnya?

Belakangan ini, kita banyak membaca dan mendengar berita tentang bayi cloning. Kloning bukanlah menciptakan anak, melainkan mencipkan kembarannya. Sebab, saat ini ilmuwan baru dapat membuatnya dari sel satu orang.
Eve, bayi perempuan yang berat badan 3.500 gram dinyatakan sebagi cloning pertama di dunia. Hal Ini diungkapkan oleh Brigitte Boissellier, Direktur Ilmu Pengetahuan Clonoi, yang berpusat di Amerika Serikat. Eve lahir melalui operasi Caesar, Kamis, 26 Desember 2002, di tempat yang sangat dirahasiakan.
Apa yang dimasudkan dengan cloning? Pertanyaan itu, mungkin segera muncul di benak kita. Masyarakat harus mengetahui secara benar tentang informasi ini. Proses bayi cloning dengan mengambil inti sel dari salah satu bagian tubuh seseorang. Inti sel itu dapat diambil dari rambut, kulit atau bagian lainnya. Selanjutnya, inti sel diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan karena cloning dibuat dengan cara menyisipkan inti sel orang dewasa, misalnya sel kulit ke sel telur seorang wanita yang telah dibuang inti selnya.
Sel telur yang telah disisipi inti sel itu kemudian distimulasi agar bekembang menjadi embrio di laboratorium. Selanjutnya, embrio dimasukkan ke dalam rahim perempuan agar berkembang menjadi janin. Pemilik rahim bisa ibu yang memiliki sel telur tersebut di”kos”kan ke rahim wanita lain. Proses selanjutnya adalah seperti dalam kehamilan biasa.
Rekayasa reproduksi ini dilakukan karena tidak adanya fungsi sperma. Oleh sebab itu, digantikan dengan inti sel (DNA) yang memenuhi syarat medis dan atau memenuhi kualifikasi lainnya. Dengan demikian, pembuahan bayi cloning tidak dilakukan melalui proses senggama.

Membohongi Masyarakat
Sebenarnya, cloning terhadap manusia diragukan keberhasilannya. Walupun banyak binatang yang berhasil dikloning, tetapi belum ada ilmuwan yang berhasil mengkloning simpanse atau primata lain yang mirip manusia. Kemungkinan keberhasilannya sangat kecil, yaitu empat per seribu. Dengan demikian, dari seribu kloning hanya empat yang mungkin berhasil.
Selain itu, masalah ini pun banyak menimbulkan perdebatan. Walupun alasannya untuk menolong pasangan yang sulit memiliki anak, tetap saja cloning adalah bentuk pembohongan kepada publik karena cloning adalah menciptakan kembaran, bukan menciptakan anak. Hal ini terjadi karena prosesnya menggunakan inti sel (DNA) yang sudah dewasa, bukan inti sperma dari inti telur.
Ditinjau dari kebenaran ilmu, sebenarnya cloning bukan cara reproduksi yang benar pada manusia karena cara cloning adalah cara berkembang biak bakteri. Bakteri berkembang biak dari satu bakteri yang membelah menjadi dua, dua menjadi empat, beberapa waktu kemudian dari empat menjadi delapan, dan seterusnya. Itulah cara cloning alami dari bakteri yang merupakan makhluk satu sel, sedangkan manusia adalah makhluk banyak sel. Manusia berkembang biak karena pertemuan antara sperma laki-laki dan sel perempuan. Setelah sel telur dan sperma bertemu, baru dapat berkembang menjadi embrio, lalu menjadi janin. Dengan pertemuan itu, janin membawa bibit materi genetic dari ibu dan bapak. Dengan demikian, setiap anak akan mempunyai materi keturunan kurang lebih 50 persen dari ibu dan 50 persen dari bapak. Setiap orang akan mirip dengan ibu atau bapaknya. Ini adalah reproduksi normal pada manusia.

Dihantui Berbagai Kelainan
Kloning bermula dari keberhasilan mengkloning binatang mamalia seperti domba. Hal ini memicu ilmuwan untuk mengkloning manusia karena manusia juga termasuk ke dalam mamalia. Akan tetapi, seperti halnya juga hewan mamalia, resiko yang akan dihadapi manusia sangat besar. Kemungkinan keguguran, kematian premature, penyakit keturunan, cacat bawaan yang telah terjadi saat mengkloning hewan, akan juga dialami manusia. Ini merupakan hal yang tidak etis dilakukan. Walaupun ada kabar yang menyatakan cloning membuka peluang untuk menumbuhkan janin yang terbebas dari penyakit turunan bawaan seperti diabetes, alcheiner, leukemia, Parkinson, bahkan obisitas, tetapi akibat negatifnya lebih besar dibanding positifnya.
Berdasarkan berbagai percobaan yang dilakukan, hasilnya sangat membahayakan. Kloning pada tikus di Jepang, misalnya, menunjukkan tikus-tikus yang dihasilkan banyak yang mengalami aborsi spontan, memiliki kerusakan pada sistem kekebalan tubuh, berisiko mati karena radang paru, kegagalan fungsi hati, dan segala macam keabnormalan lainnya. Sementara itu, penelitian pada kloning sapi di Prancis membuktikan, sapi yang diklon dari sel-sel telinga punya gangguan darah dan fungsi jantung yang mematikan. Kambing yang diklon oleh ilmuwan Cina dari sel telinga kambing dewasa, mati 36 jam setelah dilahirkan. Ia mengalami kegagalan pernapasan karena paru-paru tidak berkembang. Semua hal itulah yang membuat para ahli sangat khawatir jika cloning dilakukan pula pada manusia.

(Nikita, 29 Desember 2003, dengan pengubahan)



















C. Metode Pembelajaran:
1. Metode:
• Diskusi
• Cooperatif Integrated Read-Composition Learning
• Picture and Picture
• Tanya jawab
2. Strategi:
• Membaca dengan P,Q,R,S,T


D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1 :
a. Kegiatan Pendahuluan (Waktunya ± 20‘)
1. Siswa diajak menyimak informasi teks sebuah artikel
2. Siswa dan guru bertanya jawab tentang informasi teks artikel
3. Siswa dibentuk dalam berkelompok
b. Kegiatan Inti (Waktunya ± 60’)
1. Siswa berkelompok mendata informasi dari sebuah artikel serta mencantumkan sumber artikel tersebut
2. Siswa berkelompok merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat
3. Secara berkelompok siswa dipandu oleh guru untuk mendiskusikan pokok persoalan yang telah dirumuskannya.
c. Kegiatan Penutup (Waktunya ± 5’)
1. Siswa dan guru melakukan refleksi
2. Siswa mendapat tugas dari guru untuk merumuskan pokok persoalan dalam sebuah artikel “Flu burung” dan memberikan kritik yang disertai dengan alasan.

Pertemuan 2 :
a. Kegiatan Pendahuluan (Waktunya ± 10‘)
• Siswa dan guru bertanya jawab tentang tugas yang telah diberikan guru
b. Kegiatan Inti (Waktunya ± 65’)
• Siswa diminta untuk membacakan hasil tugas tentang pokok persoalan artikel “Flu burung”
• Siswa kelompok lain menanggapi dan memberikan kritik yang disertai alasan
• Menyimpulkan hasil diskusi
c. Kegiatan Penutup (Waktunya ± 10’)
• Siswa dan guru melakukan refleksi materi yang telah diajarkan dst.
E. Sumber Belajar
• Artikel dari media cetak
• Internet
F. Penilaian
a. Teknik Penilaian : - Penugasan
b. Bentuk Instrumen : - Essay
c. Contoh Instrumen :
1. Datalah pokok persoalan dalam artikel “Flu burung”?
2. Tulislah beberapa kata yang tepat untuk menyampaikan kritik?
3. Buatlah kalimat kritikan terhadap artikel 1 dan 2 di atas!
Sebagai acuan kalimat pembuka; (Saya kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan
manusia dapat dikloning, sebab ………………………………………………)
(Saya tidak sependapat, bahwa manusia dapat dikloning, karena menurut artikel tgl. …
bulan …, tahun …, pada majalah …, diterangkan sebagai berikut …………)
4. Buatlah kalimat dukungan terhadap artikel 1 da 2 di atas!
Sebagai acuan kalimat pembuka: (Saya sependapat/mendukung dengan
alasan……………………………………………………………………………..,
yang menyebutkan …………………………………………………………………….,
bahwa …………………………………………………………).



Mengetahui Tanjung Batu, 15 Maret 2010
Kepala Sekolah, Guru Mata pelajaran,



Drs. Marhaen Drs. Amat Butin
NIP 19650617 199703 1 003 NIP 19630210 200003 1 001

Nama Kelompok:
No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
1 A. Risani Nusa 77 Kompeten
Ahmad Fikri
Ahmad Paidi
Al Muttaqin
Anitalisma
Aprina
2 Arfika Laily Bangsa 74 Kompeten
Aricep Fasten
Benny Sanjaya
Citra Amelda

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
3 Cut Mutia Tanahair 70 Kompeten
Desvi Utari
Feri Anggriawan
Heny Saputri
Jumadil Arif
4 Isma’il Bahasa 80 Kompeten
Juwita
M. Desfri Mustaqim
M. Hasbi
Meiliza

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
5 Mirmawahani Persatuan 78 kompeten
Nanik Sundari
Novitasari
Nurjehan
Nurlaila
6 Rahmad Hendri R.S Kesatuan 78 kompeten
Randi
Rizki Novalia
Rizky Yusparita
Robbi Ilham

No. Nama Siswa Nama Kelompok Nilai Keterangan
7 Rumil Padri Budaya 77 Kompeten
Syabar Iman
Sari Septarini
Sawalludin
Tika Damayanti
8 Tri Utami Pemuda 76 Kompeten
Tria Wulan Dari
Ulfa Novitasari
Weldy Arisandi A.S


Setelah diterapkan metode CIRC kooperatif dengan strategi Preview, Questions, Read, Tes, siswa dalam kelompoknya dapat menyusun paragraf utuh dengan perolehan nilai kelompok A=77, B=74, C= 70, D=80 E=78, F=78, G=77 dan kelompok H= 76.
Dengan demikian penerapan metode ini sangat tepat untuk menulis, dalam proses belajar-mengajar, terbukti dari hasil siswa 100 % memperoleh nilai di atas KKM.

Soal Penilaian
a. Teknik Penilaian : - Penugasan
b. Bentuk Instrumen : - Essay
c. Contoh Instrumen :
4. Datalah pokok persoalan dalam artikel “Flu burung”?
5. Tulislah beberapa kata yang tepat untuk menyampaikan kritik?
6. Buatlah kalimat kritikan terhadap artikel 1 dan 2 di atas!
Sebagai acuan kalimat pembuka; (Saya kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan
manusia dapat dikloning, sebab ……………………………………)
(Saya tidak sependapat, bahwa manusia dapat dikloning, karena menurut artikel tgl. …
bulan…, tahun…, pada majalah…, diterangkan sebagai berikut ……………………)
4. Buatlah kalimat dukungan terhadap artikel 1 da 2 di atas!
Sebagai acuan kalimat pembuka: (Saya sependapat/mendukung dengan
alasan…………………………………………………………………………………
yang menyebutkan …………………………………………………………………….,
bahwa ………………………

ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU (APKG) 1
RENCANA PEMBELAJARAN
Petunjuk:
Di bawah ini terdapat delapan indicator, setiap indicator memiliki tiga deskriptor.
Skor (1): tidak satu pun indicator tampak
Skor (2): satu descriptor tampak
Skor (3): dua descriptor tampak
Skor (4): tiga descriptor tampak
Indikator 1: Rumusan Pengalaman Belajar
Deskriptor:
a. Sesuai dengan perkembangan siswa Sesuai dengan materi pembelajaran
b. Sesuai dengan alat dan sarana yang tersedia
Indikator 2 : Rumusan Indikator Pencapaian hasil
Deskriptor:
a. Rumusan indikator pencapaian hasil dinyatakan dengan jelas, tidak menimbulkan tafsiran ganda
b. Rumusan indikator pencapaian hasil dirumuskan dengan lengkap, yaitu memuat kondisi subyek belajar (siswa), kata kerja operasional, dan kriteria keberhasilan
c. Rumusan indikator pencapaian hasil dikemukakan secara berjenjang, dalam arti dirumuskan dari yang mudah ke sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang ingatan ke yang evaluasi
Indikator 3 : Penyusunan Materi Pelajaran
Deskriptor:
a. Materi sesuai dengan perkembangan siswa
b. Urutan materi berjenjang
c. Menggunakan bahan pengayaan
Indikator 4 : Penentuan media pembelajaran
Deskriptor:
a. Media sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Media sesuai dengan strategi pembelajaran
c. Menggunakan media bervariasi dan komunikatif
Indikator 5 : Penyusunan strategi Pembelajaran
Deskriptor:
a. Menggunakan strategi yang relevan dengan tujuan pembelajaran
b. Menggunakan strategi yang sesuai dengan alat dan sarana yang tersedia
c. Menggunakamn strategi yang bervariasi
Indikator 6 : Alokasi Waktu
Deskriptor:
a. Alokoasi waktu keseluruhan dicantumkan pada rencana Pembelajaran
b. Alokasi waktu untuk satu kali pertemuan dirinci
c. Alokasi waktu untuk setiap langkah ditentukan
Indikator 7 : Penetapan Alat Penilaian
Deskriptor:
a. Alat penilaian mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, apektif, dan psikomotorik
b. Memenuhi syarat penyusunan evaluasi
c. Setiap indikator pencapaian hasil diuji oleh satu pertanyaan atau lebih
Indikator 8 : Penentuan Sumber Belajar
Deskriptor:
a. Sumber belajar sesuai dengan materi
b. Sumber belajar sesuai dengan lingkungan siswa
c. Sumber belajar sesuai dengan strategi yang direncanakan
No Indikator Deskriptor Ya Tidak
Indikator 1:
Rumusan Pengalaman Belajar
a. Sesuai dengan perkembangan
siswa
b. Sesuai dengan materi
pembelajaran
c. Sesuai dengan alat dan sarana yang tersedia

Indikator 2 :
Rumusan Indikator Pencapaian Hasil
Deskriptor:
a. Rumusan indikator pencapaian hasil dinyatakan dengan jelas, tidak menimbulkan tafsiran ganda
b. Rumusan indikator pencapaian hasil dirumuskan dengan lengkap, yaitu memuat kondisi subyek belajar (siswa), kata kerja operasional, dan kriteria keberhasilan
c. Rumusan indikator pencapaian hasil dikemukakan secara berjenjang, dalam arti dirumuskan dari yang mudah ke sulit, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang ingatan ke yang evaluasi

No Indikator Deskriptor Ya Tidak
Indikator 3:
Penyusunan Materi Pelajaran
Deskriptor:
a. Materi sesuai dengan perkembangan
siswa
b. Urutan materi berjenjang
c. Menggunakan bahan pengayaan

Indikator 4 :
Penentuan media pembelajaran
a. Media sesuai dengan tujuan
Pembelajaran
b. Media sesuai dengan strategi
pembelajaran
c. Menggunakan media bervariasi dan
komuniktif




No Indikator Deskriptor Ya Tidak
Indikator 5:
Penyusunan strategi Pembelajaran

a. Menggunakan strategi yang relevan
dengan tujuan pembelajaran
b. Menggunakan strategi yang sesuai
dengan alat dan sarana yang tersedia
c. Menggunakan strategi yang
bervariasi

Indikator 6:
Alokasi Waktu

a. Alokoasi waktu keseluruhan
dicantumkan pada rencana
Pembelajaran
b. Alokasi waktu untuk satu kali
pertemuan dirinci
c. Alokasi waktu untuk setiap langkah
ditentukan Alokasi waktu untuk
setiap langkah ditentukan





No Indikator Deskriptor Ya Tidak
Indikator: 7


















Penetapan Alat Penilaian
a. Alat penilaian mencakup tiga ranah,
yaitu kognitif, apektif, dan
psikomotorik
b. Memenuhi syarat penyusunan
evaluasi
c. Setiap indikator pencapain hasil
diuji oleh satu pertanyaan atau
lebih










Indikator
8:
Penentuan Sumber Belajar

a. Sumber belajar sesuai dengan
materi
b. Sumber belajar sesuai dengan
lingkungan siswa
c. Sumber belajar sesuai dengan
strategi yang direncanakan

Semua indicator dan descriptor tampak di dalam guru menyampaikan materi dengan metode CIRC ini, dengan demikian pelaksanaan KBM sangat mendukung siswa untuk memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan.
Guru Peneliti, Guru Kolaborator,
1.……………………. . ( Abi Abdillah, S.P.d)
2… ……………….. … (Desfriyanti, S.Pd.)
Drs. Amat Butin 3. . . …………………. ( Rosana, S.Pd.)
KESIMPUAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Pembelajaran selama ini yang tradisional konvensional tidak banyak membawa hasil dalam usaha mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Implikasi penyebab akan hal itu antara lain, pertama Rencana pembelajaran belum sepenuhnya memuat keterampilan berbahasa siswa, kedua media pembelajaran digunakan tidak maksimal karena keterbatasan, ketiga metode pembelajaran yang masih dikembangkan secara tradisional-konvensional. Guru lebih banyak berceramah sedangkan siswa hanya sebagian aktif mendengarkan ceramah guru, sehingga siswa tidak termotivsi dalam belajar. Mereka hanya diperlakukan sebagai objek pembelajaran bukan sebagai subjek dan partisipasi siswa terhadap bahan yang dijarkan tentulah akan sangat kurang, Keempat, juga tingkatan (gradasi) bahan pembelajaran belum sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan siswa dan kemajuan zaman, dan Kelima alat dan sarana belajar belum mendukung, dll. Yang berakibat pada pencapaian tujuan pembelajaran belum maksimal.
Selain itu teknik Pembelajaran hanya mengandalkan catat bahan sampai habis, strategi belajar kebanyakan didominasi dengan membaca materi yang tidak ditindak-lanjuti dengan penjelasan kalaupun ada hanya sekilas, pengembangan model-model pembelajaran yang konkrit berupa objek atau benda tidak tersedia, dll.
Di antara indicator di atas itu yang sangat menentukan keberhasilan siswa adalah metode, strategi, model dan teknik pembelajaran. Suatu unggulan metode Cooperatif yang dipadu dengan model gambar-gambar/picture and picture dan strategi P,Q,R,S dan diskusi dalam PTK ini membangkitkan partisipasi siswa yang tinggi untuk mengikuti pelajaran, kerjasama membahas untuk menemukan sesuatu sehingga siswa aktif, kreatif, inovatif, dan edukatif, termotivasi dan akan meningkatkan daya serap materi pelajaran bagi siswa. Dengan demikian perolehan nilai baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik akan meningkat di atas KKM, seperti yang tertera pada hasil pembahasan tulisan ini.
2. SARAN
Hendaknya para guru sebelum mengajarkan materi ajar benar-benar mempersiapkan RPP dengan baik, pilihan bahan ajar, tingkat kerumitan (kompleksitas) bahan atau gradasi. Juga penentuan metode, strategi, dan teknik mengajar hendaknya benar-benar sesuai dengan bahan yang diajarkan, tingkat usia perkembangan anak didik dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Meningkatkan Kemampuan-Menulis-karangan-eksposisi-dengan teknik-koreksi
teman- sebaya. (http://barnas.worpress.com/2007/04/20). Diakses 25 Maret 2008.
Alwi Hasan. 2000. Petunjuk Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Harjasujana, Ahmad Slamet, Prof. Dr. MA, M.Sc. Dkk. 2004. Materi Keterampilan Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra.
Tahun 2004.
Indrawati, Sri. Dra. M.Pd. 2008. Modul B Pendalaman Materi Bahasa Indonesia. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon 4 Universitas Sriwijaya: Palembang.
Isma’il, Taufiq. 2003. Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang Mengarang. Universitas Negeri Yogyakarta.
Djamarah, Syaiful Bachri, Drs. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar, S.Pd. M.M. 2008. Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Keraf, Gorys, Dr. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende-Flores: Yayasan Kanisius.
Lembaran-lembaran Lepas. Bintek. 2006. Classroom Action Research. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sriwijaya: Palembang.
Mardapi, Djemari, Prof. Dr. PhD. 2004. Pedoman Umum Pengembanagan Penelitian. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum. Dicetak Oleh Proyek Peningkatan Mutu SMU Provinsi Sumatera Selatan: Palembang.
Nasution, Fauziah. Educational Research; Proporsal Penggunaan Media Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Opini Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Imogiri
Bantul: Yogyakarta.
Nugroho, Erwin D. 2009. Menulis Berita, dari Narasi, hingga Persuasi. (http://www.geocities.com/daudp65/pop/jurnalistik.htm). Diakses 11 Januari 2009.
Prasetya, Budi. Cara Menulis Berbagai Karangan. (http://budicrue.multiply.com/journal/item/12). Diakses 11 Januari 2010.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa: Bandung.
Utami, Sri … [et.all]. 2008. Buku Sekolah Elektronik (bse). Bahasa dan Sastra Indonesia I. Pusat Perbukuan: Jakarta.
(lampiran 1)
Personalia Penelitian
Jenis dan intensitas peran para peneliti dalam setiap tahap penelitian adalah sebagai berikut:

Tim Peneliti Bidang Keahlian Kegiatan Jumlah
Jam/Minggu
Ketua:
Drs. Amat Butin Bahasa
Indonesia 1. Mempersiapkan proposal sampai laporan akhir
2. Membuat instrument
3. Melakukan observasi
4. Memimpin diskusi
24 jam
Sekretaris:
Abi Abdillah, S.Pd Bahasa
Indonesia 1. Membantu mempersiapkan proposal sampai
akhir laporan
2. Membantu mencatat semua kegiatan
3. Melakukan observasi
4. Mengarsipkan data
24 jam
Bendahara:
Desfriyanti. Bahasa Indonesia 1. Membuat persiapan mengajar dengan teknik
Coperatif integrated Read-Composition
(CIRC) dan Picture and Picture
2. Mengajar bidang studi bahasa Indonesia
dengan teknik CIRC dan Picture and Picture
3. Diskusi pelaksanaan pembelajarn yang
dilakukan
4. Memperbaiki pembelajaran pada siklus
selanjutnya
24 jam
Anggota:
Rosana, S.Pd. Bahasa Indonesia 1. Membuat persiapan mengajar dengan teknik
CIRC dan Picture and Picture
2. Mengajar bidang studi Bahasa Indonesia
dengan teknik CIRC dan Picture andPicture
3. Diskusi pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilakukan
4. Memperbaiki Pembelajaran pada siklus
selanjutnya
24 jam
Anggota:
Drs. Abdul Khomis Bahasa Arab 1. Membuat persiapan mengajar dengan
teknik CIRC dan Picture and Picture
2. Mengajar bidang studi Bahasa Arab dengan teknik CIRC dan Picture and Picture
3. Diskusi pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
4. Memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya
24 jam







(Lampiran 2)
DAFTAR HADIR SEMINAR
Hari/Tanggal : Sabtu/3 April 2010
Waktu : Pukul 08.00 s.d. 12.30
Tempat : Ruang Multimedia SMAN 1 Tanjung Batu
Masalah : Perbaikan metode pengajaran dan
Pembahasan Pelaksanaan Alat Penilaian Kemampuan Guru
(APKG).
Isi Seminar:
Seminar membahas
(1) Metode, Strategi dan Teknik Pembelajaran;
(2) Perbaikan RPP dari RPP Konvensional menuju RPP Sekolah Standar Nasional Berupa : (a). RPP Tatap Muka Mandiri Struktur dan Non- terstruktur; (b). Tatap Muka Non-mandiri Terstruktur, Non-terstruktur. Terutama siswa dapat leluasa menemukan bahan/materi pelajaran sendiri melalui Internet
(3) Penyusunan Laporan PTK

No Nama NIP Tanda Tangan
1. Drs. Abdul Khomis 19660808 199703 1 001 ……………………………..
2. Drs. Amat Butin 19630210 200003 1 001 ……………………………..
3. Dra. Hj. Dahlia 19650810 199002 2 002 ……………………………..
4. Hj. Naziro, S.Pd. 19600816 198302 2 002 ……………………………..
5. Yarman, S.Pd. 19740830 200012 1 001 ……………………………..
6. Fadil, S.Pd. 19660817 200003 1 005 ……………………………..
7. Siti Aminah, S.Pd. 19601126 199712 2 001 ……………………………..
8. Rosana, S.Pd. 19710808 200801 2 005 ……………………………..
9. Desfriyanti, S.Pd. 19781204 200701 2 003 ……………………………..
10. Abi Abdillah, S.Pd. 19780728 200701 1 001 ……………………………..
11. Parida, S.Ag 150312058 ……………………………..
12 Hiriyah, S.Pd. 19700108 199412 2 001 ……………………………..
13. Whinda Riesmayani,S.Pd. - ……………………………..
14. Diana Rokhmawati - ……………………………..
15. ……………………………..


Tanjung Batu, 9 Maret 2010
Mengetahui Ketua Peneliti,
Kepala Sekolah,


Drs. MARHAEN Drs. Amat Butin
NIP 19650617 199703 1 003 NIP 19630210 200003 1 001







(lampiran 3)




Sekolah SMAN 1 Tanjung Batu

Nama Siswa/Kelompok A.B,,D,E,F,G

Tanggal 28 Desember 2009

Standar Kompetensi:
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraph (naratif, deskriptif, ekspositoris)

Kompetensi Dasar:
4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk rgarm paragrf ekspositoris

Petunjuk
1. Siswa dibagi ke dalam kelompok
2. Mendiskusikan pola dan teknik pengembangan topic menjadi kalimat topik
3. Mempresentasikan hasil diskusi dari setiap kelompok
4. Penilaian dari hasil tersebut
5. Rangkuman dari guru untuk Penilaian Formatif

Tugas
Diskusikanlah tentang
A. Pola pengembangan paragraph eksposisi
B. Jenis-jenis karangan
C. Kaidah penulisan paragraph

Jawab
A.
1. mengajukan pertanyaan
2. deduktif-induktif
3. urutan waktu dan tempat/ruang) (spatial order dan chronological order)
4. urutan mula akhir
5. sebab-akibat
6. analogi
7. klasifikasi

B. naratif, ekspositoris, deskriptif, argumentatif, dan persuasif
C. Kalimat dalam paragraph harus:
1. Efektif, lugas, padat
2. Sesuai dengan aturan Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Istilah
3. Kohesif dan koherensi
4. Pilihan kata (diksi) yang sesuai dengan kalimat yang didukung






Sekolah
SMAN 1 Tanjung Batu
Nama Siswa/Kelompok A,B,C,D,E,F

Tanggal 11 Februari 2010


Standar Kompetensi:
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraph (naratif, deskriptif, ekspositoris)

Kompetensi Dasar:
4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragrf ekspositoris

Petunjuk
1. Siswa dibagi ke dalam kelompok
2. Mendiskusikan pola dan teknik pengembangan topic menjadi kalimat topik
3. Mempresentasikan hasil diskusi dari setiap kelompok
4. Penilaian dari hasil tersebut
5. Rangkuman dari guru untuk Penilaian Formatif

Tugas
Diskusikanlah tentang
A. Langkah-langkah menyusun karangan
B. Pola/sistematika karangan eksposisi
C. Kerangka karangan
Jawab
A.
1. Tentukan tema karangan
2. Tentukan tujuan karangan
3. Susun kerangka karangan

B.
Pola sistematika karangan meliputi:
Tema ……………………………………………………………….
Tujuan ……………………………………………………………..
Topik ……………………………………………………………….
Kalimat Topik………………………………………………………
Kalimat Penjelas……………………………………………………
Simpulan……………………………………………………………
C. Kerangka Karangan
Tema ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..(tuliskan tema karangan Anda)
Kalimat Utama (1)…………………………………………………………………………………….
Topik: (1.1)………………………………………………………………………………………
Kalimat topik: (a)…………………………………………………………………………………….
…………………………………....
(b)…………………………………………………………………………………..
…………………………………...
(c)……………………………………………………………………………………
……………………………………

Kalimat penjelas:
Uraian Kalimat topik (a)…………………………………………...........................………………………. …………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………2 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………3 ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..4. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..5. …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..6.


Uraian Kalimat topik (b)…………………………………………...........................………………………. …………………… …………………………………………………………………………………….1………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………2 ……………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………3……………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..4. ……………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..5…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………6
dst.

Uraian Kalimat topik (c)…………………………………………...........................……… ……………………………………………………………………………………………………………..1 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………2 ……………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………3…………………………………………….. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..4. …………….. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..5……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..6.






Sekolah
SMAN 1 Tanjung Batu
Nama Siswa/Kelompok A,B,C,D,E,F

Tanggal 18 Februari 2010


Standar Kompetensi:
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraph (naratif, deskriptif, ekspositoris)

Kompetensi Dasar:
4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk rgarm paragrf ekspositoris

Petunjuk
1. Siswa dibagi ke dalam kelompok
2. Mendiskusikan Pengembangan Paragraf
3. Mempresentasikan hasil diskusi dari setiap kelompok
4. Penilaian dari hasil tersebut
5. Rangkuman dari guru untuk Penilaian Formatif

Tugas
1. Diskusikanlah tentang mengajukan pertanyaan
2. Kembangkan pola di bawah ini dengan teknik pengemabnagan
3. mengajukan pertanyaan;
4. deduktif-induktif;
5. urutan waktu dan tempat/ruang) (spatial order dan chronological order);
6. urutan mula akhir;
7. sebab-akibat;
8. analogi; atau
9. klasifikasi
Jawab

Prosesnya cepat, kok! Mula-mula saya menyiapkan naskah majalah sekolah yang akan saya cetak. Naskah itu lalu saya bawa ke bagian penerima naskah. Namanya Pak Broto. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir dari majalah saya dan biayanya. Setelah oke, naskah itu diketik di bagian komputer dan ditata tampilan grafis-nya. Kemudian, naskah yang sudah di setting di- lay-out. Naskah yang sudah di- lay-out selanjutnya dibawa ke bagian percetakan. Dalam waktu sepuluh menit, naskah itu sudah selesai dicetak. Akhirnya, tinggal menunggu proses akhir, yaitu penjilidan dan pengepakan. Pengalaman saya mencetak majalah itu sederhana, kok!
Pelatihan (LKS):
3. Kembangkanlah kerangka di atas menjadi paragraf ekspositoris yang kohesif dan koheren, dengan mengikuti kaidah-kaidah penulisan paragraf, serta dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
4. Penggunaan kata penghubung (konjungsi) antarkalimat dan antarparagraf: ‘dan, lalu, tetapi, mula-mula, kemudian, berikutnya selanjutnya, sebelumnya itu, kemudian, akhirnya.’
a. Peristiwa pemogokan itu diawali oleh kejadian di- PHK- nya seorang karyawan bagian kontrol kualitas. Disusul oleh kejadian …………………………………………..
lalu peristiwa…………………………...
d. Saya lihat proses pembuatan tempe/tahu/cat…………………………….(Pilih yang kalian tahu), itu mudah. Mula-mula……………………………………………………
…………………………….selanjutnya……………………………………………………
Kemudian………………………………………………., akhirnya…………………………........................................................................................
e. Saya hampir tak percaya masak Dadang/Toni………………. jadi pindah sekolah/jadi pindah kerja?Hari Sabtu yang lalu……………hari Minggu…………………..kemudian hari senin…………………………………..Masak hari ini ia jadi……………..…?
4. Melengkapi Paragraf dengan Kata Berimbuhan Asing
kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat parah. (2) Sumur penduduk sudah tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5) Banyak sawah yang tidak tergarap lagi; tanahnya mengeras dan pecah-pecah. Banyak petani yang mengalami … besar. Udara …, padang ilangan di …. Tempat terbakar. Keluhjan … antara lain sedikit mengalami … pernapasan. Berbagai penyakit seperti …., …., …. Dan … telah melanda hamper sebagian penduduk di daerah Pegagan, …, Sumatera selatan. Misalnya penduduk desa …., …., … dan beberapa desa di kecamatan Tanjung Raja.
















Sekolah
SMAN 1 Tanjung Batu
Nama Siswa/Kelompok A,B,C,D,E,F

Tanggal 25 Februari 2010



Standar Kompetensi:
4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraph (naratif, deskriptif, ekspositoris)

Kompetensi Dasar:
4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk rgarm paragrf ekspositoris

Petunjuk
1. Siswa dibagi ke dalam kelompok
2. Mendiskusikan Pengembangan Paragraf
3. Mempresentasikan hasil diskusi dari setiap kelompok
4. Penilaian dari hasil tersebut
5. Rangkuman dari guru untuk Penilaian Formatif

Tugas
1. Diskusikanlah tentang mengajukan pertanyaan
2. Kembangkan pola di bawah ini dengan teknik pengemabnagan
3. mengajukan pertanyaan;
4. deduktif-induktif;
5. urutan waktu dan tempat/ruang) (spatial order dan chronological order);
6. urutan mula akhir;
7. sebab-akibat;
8. analogi; atau
9. klasifikasi

Teks 2
Bayi Kloning? Apa Maksudnya?

Belakang ini, kita banyak membaca dan mendengar berita tentang bayi cloning. Kloning bukanlah menciptakan anak, melainkan menciptakan kembarannya. Sebab, saat ini ilmuwan baru dapat membuatnya dari sel satu orang.
Eve, bayi perempuan yang berat badan 3.500 gram dinyatakan sebagai cloning pertama di dunia. Hal ini diungkapkan oleh Brigitte Boissellier, Direktur Ilmu Pengetahuan Clonoi, yang berpusat di Amerika Serikat. Eve lahir melalui operasi Caesar, Kamis, 26 Desember 2002, di tempat yang sangat dirahasiakan.
Apa yang dimaksudkan dengan cloning? Pertanyaan itu, mungkin segera muncul di benak kita. Masyarakat harus mengetahui secara benar tentang informasi ini. Proses bayi cloning dengan mengambil inti sel dari salah satu bagian tubuh seseorang. Inti sel itu dapat dimbil dari rambut, kulit atau bagian lainnya. Selanjutnya, inti sel diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan karena cloning dibuat dengan cara menyisipkan inti sel orang dewasa, misalnya sel kulit ke sel telur seorang wanita yang telah dibuang inti selnya.
Sel telur yang telah disisipi inti sel itu kemudian distimulasi agar bekembang menjadi embrio di laboratorium. Selanjutnya, embrio dimasukkan ke dalam rahim perempuan agar berkembang menjadi jnin. Pemilik rahim bisa ibu yang memiliki sel telur tersebut di”kos”kan ke rahim wanita lain. Proses selanjutnya adalah seperti dalam kehamilan biasa.
Rekayasa reproduksi ini dilakukan karena tidak adanya fungsi sperma. Oleh sebab itu, digantikan dengan inti sel (DNA) yang memenuhi syarat medis dan atau memenuhi kualifikasi lainnya. Dengan demikian, pembuahan bayi cloning tidak dilakukan melalui proses senggama.

Membohongi Masyarakat
Sebenarnya, cloning terhadap manusia diragukan keberhasilannya. Walupun banyak binatang yang berhasil dikloning, tetapi belum ada ilmuwan yang berhasil mengkloning simpanse atau primata lain yang mirip manusia. Kemungkinan keberhasilannya sangat kecil, yaitu empat per seribu. Dengan demikian, dari seribu kloning hanya empat yang mungkin berhasil.
Selain itu, masalah ini pun banyak menimbulkan perdebatan. Walupun alasannya untuk menolong pasangan yang sulit memiliki anak, tetap saja cloning adalah bentuk pembohongan kepada publik karena cloning adalah menciptakan kembaran, bukan menciptakan anak. Hal ini terjadi karena prosesnya menggunakan inti sel (DNA) yang sudah dewasa, bukan inti sperma dari inti telur.
Ditinjau dari kebenaran ilmu, sebenarnya cloning bukan cara reproduksi yang benar pada manusia karena cara cloning adalah cara berkembang biak bakteri. Bakteri berkembang biak dari satu bakteri yang membelah menjadi dua, dua menjadi empat, beberapa waktu kemudian dari empat menjadi delapan, dan seterusnya. Itulah cara cloning alami dari bakteri yang merupakan makhluk satu sel, sedangkan manusia adalah makhluk banyak sel. Manusia berkembang biak karena pertemuan antara sperma laki-laki dan sel perempuan. Setelah sel telur dan sperma bertemu, baru dapat berkembang menjadi embrio, lalu menjadi janin. Dengan pertemuan itu, janin membawa bibit materi genetic dari ibu dan bapak. Dengan demikian, setiap anak akan mempunyai matreri keturunan kurang lebih 50 persen dari ibu dan 50 persen dari bapak. Setiap orang akan mirip dengan ibu atau bapaknya. Ini adalah reproduksi normal pada manusia.

Dihantui Berbagai Kelainan
Kloning bermula dari keberhasilan mengkloning binatang mamalia seperti domba. Hal ini memicu ilmuwan untuk mengkloning manusia karena manusia juga termasuk ke dalam mamalia. Akan tetapi, seperti halnya juga hewan mamalia, resiko yang akan dihadapi manusia sangat besar. Kemungkinan keguguran, kematian premature, penyakit keturunan, cacat bawaan yang telah terjadi saat mengkloning hewan, akan juga dialami manusia. Ini merupakan hal yang tidak etis dilakukan. Walaupun ada kabar yang menyatakan cloning membuka peluang untuk menumbuhkan janin yang terbebas dari penyakit turunan bawaan seperti diabetes, alcheiner, leukemia, Parkinson, bahkan obisitas, tetapi akibat negatifnya lebih besar dibanding positifnya.
Berdasarkan berbagi percobaan yang dilakukan, hasilnya sangat membahayakan. Kloning pada tikus di Jepang, misalnya, menunjukkan tikus-tikus yang dihasilkan banyak yang mengalami aborsi spontan, memiliki kerusakan pada sistem kekebalan tubuh, berisiko mati karena radang paru, kegagalan fungsi hati, dan segala macam keabnormalan lainnya. Sementara itu, penelitian pada kloning sapi di Prancis membuktikan, sapi yang diklon dari sel-sel telinga punya gangguan darah dan fungsi jantung yang mematikan. Kambing yang diklon oleh ilmuwan Cina dari sel telinga kambing dewasa, mati 36 jam setelah dilahirkan. Ia mengalami kegagalan pernapasan karena paru-paru tidak berkembang. Semua hal itulah yang membuat para ahli sangat khawatir jika cloning dilakukan pula pada manusia.

(Nikita, 29 Desember 2003, dengan pengubahan)














Lembar Jawaban Siswa!
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PTK SMANTABA 2009-2010/MGMP/KLS.XII.IS.3/MARET ‘10








































Gambar siswa sedang diskusi
















































Gambar siswa sedang presntasi
































jadwal penelitian



























(Lampiran 4)

JADWAL KONSULTASI DENGAN PENGAWAS BINA/PENGAWAS MATA PELAJARAN


No. Hari/Tanggal Materi Hasil Konsultasi Tanda Tangan
1



2



3



4



5



6



7



8




Mengetahui
Pengawas Bina/Mata Pelajaran,



…………………………………
NIP